#Kompas_Politik
#Kota_Kendari
#Kota_Bertaqwa
#Keren_Politiknya_Sultra
Tidak sedikit orang yang merasa kecewa karena mengalami kegagalan saat telah melewati perjalanan dan persaingan yang ketat, misalnya Pilihan Legislatif. Pertarungan yang demikian keras telah banyak menyita waktu, tenaga, dana, pikiran dan juga perasaan. Kobaran semangat di awal untuk meraih kemenangan yang diharapkan bisa jadi berujung tak memenuhi harapan dan keinginan. Keinginan yang kuat amibisi yang hebat memang halal dalam persaingan demokrasi. Menjajakan gagasan, menawarkan diri yang terbaik selama masa kampanye memang sebuah keharusan, tidak ada yang salah dalam dunia demokrasi kita saat ini. Cara apapun ternyata ditempuh asalkan dapat memberikan jaminan “esok milikmu”. Ketika segala cara itu seakan dilegitimasi halal oleh publik termasuk money politik, semuanya menjadi berubah. Pertarungan dan persaingan lebih kepada persaingan modal, siapa yang yang banyak modal ia yang paling mungkin mendapatkan peluang kemenangan. Hasil memang membenarkan demikian, walau banyak pengakuan money politik tapi tak mudah mendapatkan bukti yang paten. Inilah keadaan yang kita hadapi saat ini pasca pemilu 2017.
Banyak pengamat, pakar dan praktisi mengomentari tentang bahaya money politik karena menjadi pangkal korupsi. Namun betapun bahayanya money politik hal itu terus saja berlangsung, bahkan menggelinding bagai bola salju. “Pengamat komentar, money politik tetap berlalu”. Kesadaran akan bahayanya tak sebanding dengan ketakutan akan melanggar hukum dan dampak di masa mendatang. Keadaan demikian menunjukkan fragmatisme publik, caleg dan juga parpol. Inikah yang kita ingingkan dari demokrasi ? Dengan cara inikah kita berharap negara lepas dari praktik korupsi? Namun pemenang tetaplah pemenang walaupun dengan cara money politik.
Inikah kemenangan money politik ? 100% IYA.
Money politik telah memenangkan persaingannya dengan gaya dan caranya, dengan sistem dan dampaknya. Lalu yang tanpa money politik telah kalah ? dalam dimensi perolehan suara kalah, dalam perolehan kursi kalah dalam peta politikpun anda kalah. Maka, jika yang diperjuangkan itu adalah suara, kursi, kekuasaan dan peta politik anda kalah,tapi jika yang anda perjuangkan adalah norma, nilai, sistem yang dapat membangun karakater bangsa andalah pemenangnya. Dalam dimensi tersebut kemenangan bukanlah suara, kursi dan kekuasaan tapi nilai yang tertanam dalam publik. Setidaknya publik tahu bahwa diantara ribuan orang yang “menghalalkan segala cara” ada yang masih menanamkan kejujuran, nurani, nilai-nilai untuk bangsa dan perjuangan nilai tak mengenal dimensi waktu, tempat dan keadaan ia selalu ada beserta orang-orang yang menyadari ada bahwa benar itu ada selama Yang Maha Benar itu ada.
#Kompas_Politik
#Kota_Kendari
#Kota_Bertakwa