Jumat, 03 Agustus 2018

Jangan Takut Nikah Muda

Fardan ode : Saat ini banyak berhembus mengenai anjuran untuk menikah muda. Menikah muda merupakan salah satu solusi terbaik untuk menghindari zina. Namun suatu hal yang baik bagi suatu individu belum tentu baik untuk individu lainnya. Karena pernikahan itu sendiri adalah upaya untuk menyatukan dua individu yang memiliki karakter, latar belakang serta keluarga yang berbeda. Sehingga sebelum melangsungkan sebuah pernikahan, kita tidak hanya memikirkan kesiapan dalam hal finansial saja namun juga dalam kematangan mental serta kedewasaan seseorang.

Tingkat kedewasaan seseorang dapat terlihat dari lisan, tingkah laku serta upaya dirinya dalam mengatasi setiap masalah yang ada. Dan beberapa karakter yang perlu dikembangkan sebelum diri kita menikah diantaranya adalah:

1 Berusaha untuk lebih memahami perasaan manusia lainnya

Terkadang sepasang suami-istri memiliki karakter yang sangat berlainan satu sama lainnya. Namun itulah salah satu karunia Allah yang menciptakan manusia berpasang-pasangan. Sebuah rumah tangga dapat bertahan lama jika mereka saling memahami, dan menyadari bahwa pernikahan itu tidaklah menuntut kesempurnaan namun saling melengkapi dari kekurangan dan kelebihan pasangan. Namun bukan berarti diri kita menuntut untuk lebih diperhatikan, sebaiknya diri kita pun menyadari bahwa setiap manusia akan lebih baik jika berubah lebih baik dari sebelumnya.

2. Menyelesaikan setiap masalah bersama-sama

Pada hakikatnya tidak ada satu pun rumah tangga yang tidak pernah memiliki masalah. Setiap rumah tangga pasti memiliki masalah namun masalah yang dialami dalam suatu keluarga mungkin berbeda dengan keluarga lainnya. Namun mengapa kita tidak sering kali mendengar permasalahan dari setiap keluarga karena mereka menyadari setiap permasalahan yang ada untuk diselesaikan bersama-sama dan tidak untuk dikonsumsi oleh banyak pihak.

3. Memaafkan masa lalu dan tidak mengungkit-ungkitnya di masa depan

Masa lalu seseorang terkadang tidak seindah yang kita ingingkan. Namun manusia tidak ada yang sempurna, termasuk dengan diri kita. Membahas masa lalu hanya akan membuka luka lama, dan tidak akan pernah bisa menyelesaikan sebuah masalah. Sebagaimana kisah Nabi Yusuf yang tidak pernah mengungkit-ungkit kesalahan istrinya di masa silam. Sedangkan diri kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan salah satu manusia pilihan Allah SWT.

4. Tidak menghiasi rumah tangga dengan kemarahan

Dengan menikah dan tinggal di dalam satu rumah yang sama, maka kita akan menemukan hal-hal sederhana yang terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita. Namun sejujurnya, tidak ada satu pun manusia yang ingin hari-harinya dihiasi dengan kemarahan pasangannya. Maka kita dapat menyampaikan hal tersebut dengan nada lembut dan pemilihan kata yang bijak. Dan kita dapat mengambil hikmah dari apa yang dikatakan oleh pembantu Rasulullah SAW:

“Aku melayani Nabi SAW selama dua puluh tahun, (namun) beliau tidak pernah mengatakan ‘ah’ kepadaku. Beliau tidak pernah mengatakan terhadap sesuatu yang aku kerjakan, ‘Mengapa engkau mengerjakannya?’ Beliau (juga) tidak pernah mengatakan terhadap sesuatu yang aku tinggalkan, ‘Mengapa engkau meninggalkannya?’ Beliau adalah manusia yang paling baik akhlaknya. (HR. Tirmidzi)

Rasulullah SAW bersabda,

Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya” (HR At-Thirmidzi no 1162,Ibnu Majah no 1987 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 284)

5. Tidak membanding-bandingkan suami/istri dengan manusia lainnya

Setiap manusia adalah individu yang berbeda dengan kelebihan ataupun kekurangan yang dimilikinya. Jika dalam suatu hal kita mengetahui kekurangan dalam istri atau suami namun merupakan kelebihan pada diri orang lain. Namun kita sering kali lupa untuk bersyukur bahwa pasangan kita pun memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh manusia lain.

Jangan lah pernah membanding-bandingkan pasangan hidup kita dengan orang-orang lainnya yang kita kenal. Karena setiap manusia pada hakikatnya pasti memiliki kekurangan. Sebagaimana diri kita pun mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan orang-orang yang ia kenal. Namun dalam berumah tangga, kita dapat menghargai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya dan berupaya untuk mengubahnya menjadi lebih baik secara bersama-sama.

6. Tidak menceritakan wanita lain di depan suami begitu pula sebaliknya

Manusia terkadang dengan begitu mudah menceritakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh sahabat kita di depan pasangan hidup kita, kecantikan, kekayaan dan hal lain sebagainya. Namun dalam Islam kita tidak dianjurkan untuk menceritakan seorang wanita di hadapan suami hingga suami kita seolah-olah melihat wanita yang kita ceritakan.

“Janganlah seorang istri menceritakan seorang perempuan lain lalu menyifati (kecantikan) wanita itu kepada suaminya seakan-akan ia (suami) melihatnya.” (HR. Bukhari 5240, dari hadits Abdullah bin Mas’ud)

7. Berdiskusi dalam mengambil setiap keputusan

Dalam berumah tangga, setiap kali mengambil keputusan sebaiknya dilakukan dengan bermusyawarah dan setiap anggota keluarga berhak untuk mengeluarkan pendapat yang ingin diutarakannya. Namun keputusan terakhir tetap diambil oleh kepala keluarga namun berdasarkan diskusi dengan mempertimbangan pendapat dari setiap anggota keluarga yang dipimpinnya.

8. Tidak menganggap pendapat pribadi selalu yang paling benar

Dalam mengambil keputusan di setiap permasalahan yang ada, perbedaan pendapat adalah hal yang sering kali terjadi di dalam rumah tangga. Namun setiap manusia memiliki kecenderungan untuk benar dan juga salah, termasuk diri kita, suami/istri, ataukah anak-anak kita. Namun kita harus berpikiran terbuka untuk menerima setiap opini atau masukan yang mungkin berbeda dengan sudut pandang kita. Dan cara terbaik untuk menyelesaikannya adalah mengembalikannya ke dalam Al-Quran dan sunnah dan memikirkan apa yang terbaik dalam sudut pandang agama Islam.

9. Mencintai sekedarnya saja dan tidak cemburu secara berlebihan

Dalam Islam, kita tidak dibenarkan untuk mencintai seseorang melebihi rasa cinta kita kepada Allah SWT, siapapun itu termasuk suami ataukah istri kita. Pernikahan hanyalah sarana untuk menambahkan ibadah kita kepada Tuhan semesta alam. Suami/istri bukanlah miliki kita karena pada hakikatnya semua hanyalah milik-Nya dan akan kembali kepada Allah SWT. Dan salah satu hal yang terpenting adalah menanamkan rasa kepercayaan kepada pasangan hidup kita. Dan tidak memata-matai atau mencari-cari kesalahan karena besarnya kekhawatiran diri kita, ia akan berpaling yang disebabkan besarnya rasa cinta atau prasangka-prasangka buruk yang berlebihan.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa… (QS. Al-Hujurat [49]: 12)

10. Menutupi aib suami begitu pula sebaliknya

Salah satu  hal yang cukup krusial ketika sebuah masalah besar tiba adalah menutupi aib pasangan dan merahasiakan masalah yang terjadi di dalam rumah tangga. Karena sesungguhnya suami adalah pakaian istri dan begitu pula sebaliknya. Umumnya, tahun pertama adalah fase-fase beradaptasi terhadap pasangan. Dan setiap aib yang diketahui oleh diri kita, sekecil apapun juga tidak boleh diberitahukan kepada siapapun termasuk kedua orang tua kita.

Beberapa orang yang menyebarluaskan permasalahan rumah tangganya ke dunia luar biasanya mereka secara psikologis ingin agar ia mendapat pembelaan dari manusia-manusia lainnya atau agar ia mendapat perhatian lebih dari suami/istrinya. Namun hal ini tidak akan berdampak baik bagi rumah tangga mereka namun justru memperburuk citra dirinya yang tidak mampu menutupi aib-aib dan permasalahan rumah tangga. Maka sebaiknya kita merahasiakan setiap permasalahan rumah tangga sebagaimana diri kita ingin Allah menutupi semua aib-aib diri kita. Dan hanya melakukan curhat serta memohon petunjuk kepada Allah SWT .