Bung Karno; Menuju Indonesia Merdeka
Dalam bukunya Mencapai Indonesia Merdeka Ir. soekarno menyampaikan bahwa Manusia bergerak karena kesengsaraan, kita bergerak karena ingin hidup yang Iebih layak dan sempurna. Kita bergerak tidak karena “ideal” saja, kita bergerak karena ingin cukup makanan, ingin cukup pa¬kaian, ingin cukup tanah, ingin cukup pe¬rumahan, ingin cukup tempo pendidikan, ingin cukup meminum seni dan kultur, pen¬dek kata kita bergerak karena ingin perbaikan nasib di dalam segala bagian-bagian dan cabang-cabangnya.
Perbaikan nasib hanyalah bisa datang seratus persen, bilamana masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme. Sebab stelsel seperti itulah yang tumbuh di atas tubuh manusia Indonesia, hidup dan subur daripada tenaga, rezeki, zat-zatnya masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu Ir. soekarno menegaskan bahwa pergerakan Indonesia janganlah pergerakan kecil-kecilan; pergerakan itu haruslah di dalam hakikatnya suatu pergerakan yang ingin mengubah sama sekali sifatnya masyarakat, suatu pergerakan yang ingin menjebol penderitaan-penderitaan masyarakat sampai ke sumsum-sumsumnya dan akar-akarnya, suatu pergerakan yang sama sekali ingin menggugurkan stelsel imperialisme dan kapitalisme. Pergerakan itu janganlah hanya suatu pergerakan yang ingin rendahnya pajak, janganlah hanya ingin tambahnya upah, janganlah hanya ingin perbaikan kecil yang bisa tercapai hari sekarang, tetapi ia harus menuju kepada suatu transformasi yang menjungkirbalikkan keseluruhan sifatnya masyarakat itu, dari sifat imperialistis-kapitalistis menjadi sifat yang sama rasa-sama rata. Pergerakan kita haruslah dus suatu pergerakan yang di dalam hakikatnya menuju kepada suatu yang menurut Ir. Soekarno disebut sebagai “ommekeer” susunan sosial.
Kemudian Ir. Soekarno menjabarkan Bagaimana “ommekeer” susunan sosial bisa terjadi? Pertama-tama oleh kemauannya dan tenaganya masyarakat sendiri, oleh “immanente krachten” daripada masyarakat sendiri, tetapi tertampak keluarnya, lahirnya, jasmaninya, oleh suatu pergerakan rakyat jelata yang radikal, yakni oleh massa aksi. Tidak ada suatu perubahan besar di dalam riwayat dunia pada masa itu, yang lahirnya tidak karena massa aksi. Massa aksi adalah senantiasa menjadi penghantar pada saat masyarakat tua melangkah ke dalam masyarakat yang baru. Massa aksi adalah senantiasa menjadi paraji pada saat masyarakat tua yang hamil itu melahirkan masyarakat yang baru. Ir. Soekarno juga tak lupa memerikan beberapa contoh perubahan sosial yang ada di belahan dunia lain pada masa itu, seperti perubahan di dalam Zaman Chartisme di Inggris di dalam zaman yang lalu, perubahan robohnya feodalisme di Prancis diganti dangan stelsel burgerlijke democratie, perubahan¬perubahan matinya feodalisme di dalam negeri-negeri Eropa yang lain, perubahan-perubahan rontoknya stelsel kapitalisme bagian per bagian sesudah pergerakan proletar menjelma di dunia perubahan-perubahan itu semuanya adalah “diparaji” (dibdani) oleh massa aksi yang membangkitkan barisan-barisan rakyat. Perubahan-perubahan itu dibarengi dangan gemuruhnya banjir pergerakan rakyat jelata.
Maka daripada itu, bilamana bangsa Indonesia ingin mendatangkan perubahan yang begitu maha besar di dalam masyarakat sebagai gugurnya stelsel imperialisme dan kapitalisme, pun harus bermassa aksi. Pemimpin Indonesia pun harus meng¬gerakkan rakyat jelata di dalam suatu pergerakan radikal yang bergelombangan sebagai banjir, menjelmakan pergerakan massa yang tadinya onbewust dan hanya raba-raba itu menjadi suatu pergerakan massa yang bewust dan radikal, yakni massa aksi yang insaf akan jalan dan maksud-maksudnya. Sebab, massa aksi bukanlah sembarangan pergerakan massa, bukanlah sembarangan pergerakan yang orangnya beribuan atau bermiliunan. Massa aksi adalah pergerakan massa yang radikal. Dan massa aksi yang manfaat seratus persen hanyalah massa aksi yang bewust dan insaf; oleh karena itu maka massa aksi yang manfaat adalah dus suatu pergerakan rakyat jelata yang bewust dan radikal.
Selanjutnya Ir. Soekarno memberikan penjabaran tentang langkah-langkah membangun massa aksi yang sadar dan teratur. Menurutnya bagaimanakah langkah untuk mewujudkan pergerakan yang onbewust dan ragu-ragu dan raba-raba menjadi pergerakan yang bewust dan radikal? Dengan suatu partai! Dengan suatu partai yang mendidik rakyat jelata itu ke dalam ke-bewust-an dan keradikalan. Dangan suatu partai, yang menuntun rakyat jelata itu di dalam perjalanannya ke arah kemenangan, mengolah tenaga rakyat jelata itu di dalam perjuangannya sehari-hari, menjadi pelopor daripada rakyat jelata itu di dalam menujunya kepada maksud dan cita-cita.
Di sinilah kemudian Ir. Soekarno menjabarkan bagaimana pentingnya kehadiran partai sebagai alat untuk membangun kesadran massa serta menggerakkannya demi perubahan serta kemerdekaan yang dicita-citakan. Menurutnya, partailah yang memegang obor, partailah yang berjalan di muka, partailah yang menyuluhi jalan yang gelap dan penuh dengan ranjau-ranjau itu sehingga menjadi jalan yang terang. Partailah yang memimpin massa itu di dalam perjuangannya merebahkan musuh, partailah yang memegang komando daripada barisan massa. Partailah yang harus memberikan ke-bewust-an pada pergerakan massa, mengasih kesadaran, membangun radikalisasi dalam pergerakan.
Oleh karena itu, maka partai sendiri lebih dulu harus partai yang bewust, partai yang sadar, partai yang radikal. Hanya partai yang bewust dan sadar dan radikal bisa membikin massa menjadi bewust dan sadar dan radikal. Hanya partai yang demikian itu bisa menjadi pelopor yang sejati di dalam pergerakan massa, dan membawa massa itu dangan selekas-lekasnya kepada keme¬nangan dan keunggulan. Hanya partai yang demikian itu bisa membikin massa aksi yang bewust, massa aksi yang dus dengan cepat bisa menggugurkan stelsel yang menjadi buah perlawanannya.
Ir. Soekarno mengupamakan bahwa sebagian besar orang menira barulah bisa menang kalau rakyat Indonesia yang 60.000. 000 jiwa di saat itu semuanya sudah masuk suatu partai. Anggapan yang demikian itu adalah impian yang kosong, harapan yang mustahil, angan-angan yang memang tidak perlu terjadi. Jikalau kemenangan baru bisa datang bilamana rakyat Indonesia semuanya sudah masuk suatu partai, maka sampai lebur kiamat pun kita belum bisa menang. Sebab rakyat yang rakyat Indonesia secara keseluruhan itu tidak bisa semuanya menjadi anggota partai, mustahil semuanya bisa menjadi anggota partai.
Tidak! Kemenangan tidak usah menunggu sampai semua rakyat jelata masuk sesuatu partai! Kemenangan sudah bisa datang, bilamana ada satu partai yang gagah berani dan bewust menjadi pelopor sejati daripada massa, yang bisa memimpin dan bisa menggerakkan massa, yang bisa berjuang dan menyuruh berjuang kepada massa, yang perkataannya menjadi wet bagi massa dan perintahnya menjadi komando bagi massa. Kemenangan sudah bisa datang bilamana ada satu partai yang dangan gagah berani pandai memimpin dan membangkitkan bewust massa aksi!
Kemudian Ir. Soekarno dalam bukunya tersebut memberikan beberapa referensi misalnya perjuangan di Tiongkok dulu, lihatlah pergerakan di Mesir sepuluh-lima belas tahun yang lalu, lihatlah pergerakan kaum proletar di Eropa. Di semua negeri itu pergerakan tidak berwujud “tiap-tiap hidung menjadi anggota” tetapi adalah satu partai pelopor yang berjalan di muka memanggul bendera; di Mesir dulu partai WAFD, di Tiongkok dulu partai Kuo Min Tang, di dalam pergerakan kaum proletar De Internationale. Partai-partai pelopor inilah yang menjadi motornya massa, pengolahnya massa, kampiunnya massa, komandannya massa. Partai-partai pelopor inilah yang mengemudikan massa aksi.
Oleh karenanya, buanglah jauh jauh itu pengiraan yang salah, bahwa lebih dulu “tiap-tiap hidung menjadi anggota”. Tidak, bukan lebih dulu “tiap-tiap hidung menjadi anggota” bukan lebih dulu semua rakyat jelata harus memasuki partai, tetapi Marhaen-Marhaen yang paling bewust dan sadar dan radikal harus menggabungkan diri di dalam suatu partai pelopor yang gagah berani! Marhaen-Marhaen yang paling bersemangat, MarhaenMarhaen yang paling berkemauan, paling sadar, paling rajin, paling berani, paling keras hati, Marhaen-Marhaen itulah sudah cukup untuk menggerakkan massa aksi yang hebat dan bergelora dan yang datang pada kemenangan, asal saja tergabung di dalam satu partai pelopor yang tahu menggelombangkan semua tenaganya massa.
Dalam Buku Menuju Indonesia Merdeka Ir. Soekarno memberikan definisi terseniri tentang sebuah partai yaitu mengenai tentang apa yang disebut dengan partai pelopor. Dalam menjalankan seluruh tugas perjuangan kerakyatan terbut maka dbutuhkannya satu partai pelopor. Satu partai saja yang bisa paling baik dan paling sempurna, yang lain-lain tentu kurang baik dan kurang sempurna. Satu partai saja yang bisa menjadi pelopor!
Kenapa hanya satu partai, Ir. Soekarno menjelaskan dengan gamblang bahwa jika lebih dari satu pelopor, maka tentu akan membingungkan massa; lebih dari satu komandan, mengacaukan tentara. Riwayat dunia pun menunjukkan, bahwa di dalam tiap-tiap massa aksi yang hebat adalah hanya satu partai saja yang menjadi pelopor berjalan di muka sambil memanggul bendera. Bisa ada partai lain-lain, bisa ada kumpulan lain-lain, tetapi partai-partai yang lain itu pada saat-saat yang penting hanyalah membuntut saja pada partai pelopor itu, ikut berjuang, ikut memimpin, tetapi tidak sebagai komandan seluruh tentaranya massa, melainkan hanya sebagai sersan-sersan dan kopral-kopral saja. Pada saat “historische momenten” maka menurut riwayat dunia adalah satu partai yang dianggap oleh massa “itulah laki-laki dunia”, marilah mengikuti laki-laki dunia itu! Tetapi partai mana yang bisa menjadi partai pelopor di dalam massa aksi kita? Menurut Ir. Soekarno, parta tersebut adalah partai yang kemauannya cocok dengan kemauan si Marhaen. Partai yang segala-galanya cocok dengan kemauan Nature, partai yang memikul nature dan terpikul nature. Partai yang demikian itulah yang bisa menjadi komandannya massa aksi kita. Bukan partai borjuis, bukan partai ningrat, bukan partai Marhaen yang reformistis, bukan pun partai radikal yang hanya melakukan tindakan amok dan kerusuhan semata, tetapi partai Marhaen yang radikal yang tahu saat menjatuhkan pukulan-pukulannya. Seorang pemimpin kaum buruh pernah berkata: “Partai tak boleh ketinggalan oleh massa; massa selamanya radikal, partai harus radikal pula. Tetapi partai tidak boleh pula mengira, bahwa ia dangan anarcho-syndi¬calisme (amuk-amukan) lantas menjadi pemimpin massa. Partai harus memerangi dua haluan; berjuang memerangi haluan reformis dan berjuang memerangi haluan “anarcho-syndicalis”.
Oleh sebab itu, partai yang digambarkan oleh pemimpin inilah, yang juga tidak lembek, tetapi juga tidak anarki saja, melainkan konsekuen-radikal yang berdisiplin, partai yang demikian itulah yang bisa menjadi partai pelopor. Masyarakat sendiri akan menjatuhkan hukuman atas partai-partai yang tidak demikian; mereka akan didorongkan olehnya ke belakang menjadi paling mujur “partai sersan” saja, atau akan disapu olehnya sama sekali, lenyap dari muka bumi. Oleh karenanya, Marhaen, awas! Awaslah di dalam memilih partai. Pilihlah hanya itu partai saja yang memenuhi syarat-syarat yang saya sebutkan tadi!
Partai yang demikian itulah yang menentukan pergerakan rakyat jelata, mengubah pergerakan rakyat jelata itu dari onbewust menjadi bewust, mengasihkan pada rakyat jelata bentukan alias konstruksi daripada pergerakannya, membikin terang pada rakyat jelata apa yang dituju dan bagaimana harus menuju, menjelmakan perge¬rakan rakyat jelata yang tadinya hanya ragu-ragu dan raba-raba saja menjadi suatu massa aksi yang bewust dan insaf, suatu massa aksi yang oleh karenanya segera memetik kemenangan. Partai yang demikian itulah partai yang dibutuhkan oleh kaum Marhaen.
Demikianlah Ir. Soekarno menggambarkan tentang bagaimana sebuah partai bekerja dan melakukan pembangunan kesadran terhadap rakyat. Kehadiran partai sejatinya dalam upaya untuk menghantarkan rakyat indonesia pada pintu gerbang kemerdekaan yang sejati erdaulat adil dan makmur. Kehadiran partai menurut Ir. Soekarno lebih karena kebutuhan suluh maupun obor bagi perjuangan rakyat Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan kapitalimse dan kolonialisme.
Dipublikasikan kembali, Oleh : La Ode Muhamad Fardan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar