Kamis, 13 April 2017

Mencoba Terobos Kehidupan

Ketika itu Aku Ingin Lari...

...

"Terkadang aku merasa kebahagiaan ini milik dunia, bukannya milikku..."

***

Wuuuussshhhh. Terdengar jelas suara dengung di kedua telingaku. Angin itu seperti menyeruak masuk di celah-celah helm yang kupakai ini. Ia seakan memburu, memenuhi pendengaranku. Kupacu sekali lagi motor yang kukendarai. Pada speedometer kulihat jelas, jarumnya menunjuk ke angka 100. Aku tak peduli lagi. Kusalip beberapa mobil di depanku. Satu persatu motorpun aku lambung. Badanku terasa mengawang, menghantam angin yang seakan ingin menerbangkanku. Aku tercekat, menahan napas. Aku hampir terhimpit di antara di antara dua truk besar yang sedang melaju. Aku menoleh ke belakang. Sekilas kulihat sopir truk itu menunjuk-nunjuk ke arahku. Mulutnya terbuka seperti mengumpatku. Aku tak peduli. Kini, pikiranku sangat kacau. Aku ingin berteriak. Aku ingin lari. Ya, aku ingin lari dari kehidupan dan kenyataan ini. Kata-kata yang mereka ucapkan tadi masih sangat jelas terekam di otakku. Bahkan dari bibir manisnya, aku tak menyangka. Aku tahu. Aku sadar. Karena sepertinya kebahagiaan bukanlah milik orang jelek seperti diriku ini.

"tapi selalu ku teringat perkataan para orang tua dikampung bahwa lari dari kehidupan dan kenyataan bukan sifat yang kstaria, karena kita hidup bukan untuk jadi pecundang"

pada akhirnya kujalani hidup ini penuh dengan keyakinan bahwa Tuhan menunjukan jalan terbaik bagi hambanya., kapanpun itu dan dimanapun kita berada pasti Tuhan menepati janji bagi hambanya" kita hanya perlu menunggu sedikit waktu".

"Bertemu denganmu pasti bukanlah sebuah kebetulan, melainkan rencana Tuhan yang paling mengesankan."

Creative : LMF |FARDAN|

Dalam Sabar Mu

KESABARAN ORANG TUA

Ada seorang ibu tua yang duduk sambil bercerita dengan anaknay yang sudah lama merantau. Anaknya sekarang sudah menjadi orang yang suskses. Hidup serba berkejukupan didampingi dengan seorang istri yang cantik dua orang anak dan moabil mewah.

Asyiknya bercerita tiba-tiba sang ibu melihat seekor burung merpati yang hinggap tepat di batang pohon yang ada di depan rumah sang ibu. Dengan keheranan ibu itu bertanya kepada sang anak, anak ku benda apakah itu,,,, sang anak lalu menjawab dengan nafas yang lembut,, ibu itu adalah burung merpati ,, namun tak belapa lama lagi ibu pun bertanya dengan hal yang sama,, sang anak pun kemudian menjab dengan suara yang agak sedikit keras,,, mama,, itu,,, burung merpati,,, humm sang ibu pun diam dengan mengeleng-gelengkan kepalanya.

Hanya sebentar terdiam dan sang ibu pun agak sedikit serius pun bertanya lagi,,, sang anak pun agak sedikit sabar menjawab,, mama itu,, burung merpati,,, huuum sang ibu pun terdiam,, namun tak lama lagi sang mama ibu pun bertanya kembali kepada sang anak,, huumm dengan pertanyaan ibunya yang membosankan sang anak pun mulai kehilangan sabarnya,, lalu berkata mama,,,,, itu burung merpati,,, sang ibu pun terdiam,,, namun sang ibu pun berkata lagi apa yang kamu bilang tadi mama lupa,,, dengan suara keras dan berkata mama,, kok sekarang sudah budek siii,,, mama itu kan burung ,,, merpati,,,,,..

Dengan sedikit ketakutan sang mama pun berlari kekamarnya yang meninggalkan anaknya yang masih jengkel,, tak berapa lama sang ibu tua itu pun keluar sambil membawa buku kuno yang merupakan diary pernah ia tulis,,, sang ibu sibukmencari halam yang akan di lihatkan kepada sang anak,, setelah apa yang dicari oleh sang ibu, sang ibu tua itu menyodorkan buku itu kepada anaknya yang sambil berkata,,, anak ku coba kamu bacakan apa yang telah ibu tulis dalam buku ini,,, dengan menghela nafas yang panjang sambil mengambil buku kuno itu dari tangan ibunya,, sang anak pun kemudian membacanya apa yang tertulis didalam buku kuno diary sang ibunya.... “isinya begini hari ini saya capek bekerja seharian,, tiba-tiba ada seekor burung merpati yang hinggap di depan rumah,, anak ku yang baru berusia 4 tahun,, berkata kepada ku,, mama apakah itu,, sang ibu pun menjawab itu adalah burung merpati,,melihat anaknya yang bingung dan sang anak pun bertanya hal yang sama,,, lalu sang ibu pun menjawab dan menjelaskan dengan penuh kesabaran,, anak ku itu adalah burung merpati,,,,dengan pertanyaan yang sama dari sang anak,, aku pun terus menjawab dengan jawaban yang sama,, setelah di hitung pertanyaan sang anak lebih dari 20 kali mempertanyakan hal yang sama,, namun dengan rasa sayang sang ibu pun menjelaskan kepada anaknya,, sehingga anaknya tak bertanya lagi,,,,, muda-mudahan ini menajadi tauladan yang baik baginya..

Setelah membaca diary tersebut sang anak pun memejamkan matanya dengan perasaan terpukul yang tak mampu meilhat sang ibunya yang sambil berjakat,, hari ini baru 5 pertanyaan yang aku katakan kepada mu namun engkau telah kehilangan kesabaran.

Mudahan cerita ini membukakan hati kita,, membuka pikiran kita,, untuk selalu memberiserta membalas tanpa pamrih terhadap orang yang telah berjasa terhadap kita,, apakah itu orang tua kita atau orang pernah dekat kepada kita yang diberikan oleh Allah untuk kebaikan hidup kita,,mari kita selalu sabar untuk memberidan membalas terhadap orang yang telah memberikan kasih sayangnya untuk hidup kita,,,apakah kita juga sabar terhadap orang tua kita,,, terhadap kasih dan sayangnya yang telah diberikan kepada kita tanpa mengharapakan balasan dari kita,,,,, sekuat-kuatnya kita namun kita tidak akan mampu mengendong ibu kita selama sembulan bulan,, hal itulah yang telah dilakuan oleh ibu kita terhadap kita... "maafkan diri kami yang berdosa ini BU"

Creative : La Ode Muhamad Fardan

Membaca Catatan Buku Lama

fardan ode™®| Bait - bait Catatan didaerah perantauan_Hidup di negeri rantau memang tak semudah yang kita dibayangkan, ada baik ada buruk, ada susah ada senang, ada suka ada duka, dan ada lapar ada kenyang semua ini harus alami di rantau orang. Terpisah dengan keluarga terutama ayah dan bunda bukan suatu yang menyenangkan. Apapun tujuannya, entah untuk bekerja atau untuk menuntut ilmu. Semua tak terlepas dari keinginan untuk membahagiakan mereka, terlebih pada saat mereka masih mengirimi kas bulanan kepada anak tercinta.

Adakah keinginan mengecewakan mereka di negeri rantau? Semua orang tua menginginkan agar anak-anak mereka menjadi anak yang berguna dan bermanfaat bagi orang-orang disekitarya. Mereka menginginkan sebuah perubahan pada prilaku, tidak lagi menjadi seorang anak kecil yang hanya tahu dengan dunia bermain. Tapi, menjadi seorang yang lebih dewasa dalam bertindak maupun berpikir.

Berikut ini adalah beberapa catatan anak rantau, selamat di baca...!!!

Catatan Anak Rantau 

Kala senja datang menghampiri bumi......

Kegelapanpun datang dengan sendiri......

Kesejukkan udara meniup rambut helai demi helai.....

Keramaian berubah menjadi sepi dan sunyi.......

Hanya terlihat percikan mentari yang membenamkan diri......

Tiada terasa air matapun ikut membasahi bumi.......

Kala jiwa teringat tanah kelahiranku....

Kala hati rindu akan kampung halamanku......

Kala siang akan berganti malam.......

Hidup dirantau bukanlah senang dalam berjuang namun...

Kadang makan kadang hanya sarapan air putih....

Kadang nyanyian perut kosong yang di bawah untuk bertangan......

Begitulah rintangan yang harus di hadang, dan

Begitulah nasib anak rantau....

Laksana para pejuang yang kelaparan dalam berperang......

Puisi anak rantau

Dengan tintah hitam tangan ini menari-nari

Selembar kertas tumpuan imajinasi hati

Meski terkadang air mata berurai membasahi

Begitu pahit hidup yang harus di lewati sendiri

Bagaikan berjalan dibara api tanpa alas kaki

Panas udaranya mencekik sampai ke lubuk hati

Begitu nasib anak rantau yang kepedihan datang silih berganti

Berminggu-minggu sudah hidup di rantau orang,,

Berbulan-bulan sudah hidup di rantau orang,,

Bertahun-tahun sudah hidup di rantau orang,,,

Rela tinggalkan kampung halaman yang ku cintai

Rela jauh dari kasih sayang kedua orang tuaku

Rela jauh dari saudara-saudariku,,

Hanya untuk mencari sebongkah ilmu

Hidup di rantau orang tanpa sanak saudara

Laksana seorang anak yang tinggal sebatang kara

Hidup penuh tantangan dan bahaya di depan mata

Seakan dikelilingi kulit putih dan rambut lurus

Namun tak ada rasa takut di dalam jiwa

Demi kebahagiaan dan senyum keluarga

Rasa takutpun sirna dan berubah menjadi kekuatan yang nyata

Kadang rindu membelenggu jiwa

Dikala kesunyian menikam hitam bola mata

Namun doa keluarga menjadi pengobat lara

Dalam meniti kehidupan dunia pana

Meskipun hinaan dan caci maki yang di dengar

Namun itu tak menjadi penghalang dalam berlayar

Karena hinaan menjadikan aku seorang yang tegar

Karena caci maki menjadikan aku orang yang sabar

Untk menempuh perjalanan hidup menuju kesuksesan...

RATAPAN ANAK RANTAU

Saat mentari mulai meredupkan sinarnya di ufuk barat...

Aku coba torehkan sebercak tulisan ungkapan rasa hati saat ini...

Merenungi nasib seorang perantau...

Menjadi seorang anak rantau,

bergerilya di negeri orang, tiada sanak saudara,

hanya teman sebagai andalan,

Begitulah nasib yang ku alami saat ini...

Walau terkadang keadaan tidak seperti yang kuinginkan,

tapi itulah yang harus kuhadapi...

 Sesuatu yang terkadang sulit untuk diterima sering kali muncul menghadang sebagai pertanda kesabaran diuji...

Orang tua, sanak keluarga yang nan jauh disana,

tidak akan tahu apa yang kualami, yang mereka hanya tahu bahwa keadaanku baik-baik saja,

 dan itulah yang kuharapkan....

 Aku tak ingin selalu bergantung pada mereka,

Aku tidak ingin terlena dengan kehidupan yang membuat mati langkahku.

 Ku harus berjalan menemukan siapa diriku, bagaimana aku bisa mempertahankan hidup walau dengan sesuap nasi setiap hari...

Walau terkadang hati ini menangis meratapi nasib,

 Namun

 sebenarnya tangisanku ini yang membuat lemah.

Tapi apalah daya, hanya ini yang dapat kulakukan sebagai ungkapan suara hati.

Entah bagaimana masa depanku, tidak pernah kupikirkan, semua berjalan apa adanya.

Apa yang ada didepanku saat ini itulah yang harus ku hadapi...

Entah esok atau lusa akan terjadi apa dengan diriku, hanya Tuhan yang tahu...

Tapi ku bersyukur, kasih sayang TUHAN masih tercurah kepadaku...

 TUHAN masih memberikan kepadaku orang-orang yang terbuka hatinya untuk menolong,,,

Memberikan tempat berteduh, dan memberikan dukungan kepadaku untuk tetap bisa kuat menjalani hidup...

Aku tak akan terlena dengan semuanya...

Aku tak mungkin terus berharap kepada mereka...

Mungkin saja disuatu saat nanti, bisa saja terjadi keadaan yang tidak semulus dengan harapan...

Aku harus siap dengan segalanya, walau ku tak tahu kemana lagi kaki ini akan melangkah...

ANAK RANTAU

Menangis Pun Seakan aku tak sanggup Lagi

Air Mata Seperti mengering Karena letih

Semua tak sederhana yang terpikirkan oleh hati

Menjalani hidup sendiri di tempat yang asing dikota ini

Seakan saat menatap semua tak sanggup untuk berjuang sendiri

mencari kesana kemari untuk bisa bertahan hidup disini

bekerja siang dan malam hanya untuk mengisi seuntai perut yang lapar

Hendak pulang tapi kampung halamanku nan jauh  

Kini Berusaha mandiri dengan diri sendiri

memperjuangkan hidup yang tak tahu bagaimana harusnya

makan tak makan

tidur tak tidur di tempat ini mengalami sendiri kisah ini..

Namun

Aku yakin Tuhan selalu bersamaku dan suatu saat nanti aku jadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.

|Creative : D  4   Ni |

|www.fardanode.blogspot.com|

Jarang pulang, meski sudah terlalu rindu

"Jarang pulang, meski sudah terlalu rindu."

 Pendidikan adalah hal yang harus diperjuangkan. Sekalipun, kamu harus memperjuangkan pendidikanmu itu ke tempat yang jauh. Kamu rela merantau ke daerah yang asing, yang tidak pernah kamu ketahui sebelumnya untuk menuntut masa depanmu. Meski berat, namun hal inilah yang menjadi nilai plus anak rantau.

 1. Kamu sanggup berjuang, meski rindu orangtuamu.

Kamu terpaksa untuk mandiri lebih awal dibandingkan teman-teman sebayamu. Di tempat yang baru, kamu harus memulai segala sesuatunya dari awal. Sendirian, kamu harus mencari tempat tinggal, mencari tempat makan yang ramah di kantong dan berkenalan dengan teman baru. Sisi survival-mu meski nggak ada orangtua di sisimu inilah yang menonjol. Meski tidak dipungkiri, kamu rindu dengan sifat orangtuamu.

 2. Kamu berusaha menghapus air matamu demi tak merepotkan orang tua.

Kamu rela bertahan di tanah rantaumu padahal libur telah tiba, karena kamu tidak ingin membebankan keadaan ekonomi orangtua. Sebenarnya, kamu sadar orangtua tidak pernah melarangmu untuk pulang, karena mereka selalu berusaha mencari uang demi melihat anaknya. Namun, kamu berusaha untuk menghapus air mata mu dan berusaha untuk kuat demi tidak merepotkan orangtua.

 3. Di saat orang lain bertemu keluarganya saat liburan, kamu berusaha untuk mencari kesibukan sendiri.

Liburan merupakan momen yang paling berharga untuk bertemu keluarga. Namun, pada umumnya tidak semua anak rantau bisa menikmati liburan. Kamu hanya bisa melampiaskan rasa rindumu dengan melihat foto keluarga. Selain itu, saat libur dan tidak bisa pulang kampung, kamu mencari kesibukan sendiri seperti mengerjakan skripsi, jalan-jalan, mendengar lagu daerah, bahkan naik motor mengelilingi daerah universitas sendiri.

 4. Bahkan ketika orangtua memasak makanan favoritmu, kamu tidak bisa pulang untuk mencicipinya.

masakan orang tua

Tidak bisa dipungkiri, orangtuamu terkadang juga memasak makanan favoritmu. Ingin sebenarnya kamu pulang dan menyantap makanan itu sambil bercanda dengan keluarga. Namun kamu tetap bertahan di daerah perantauanmu, untuk menyelesaikan pendidikanmu dan segera pulang ke rumah.


5. Skripsi tetap lanjut, kerjaan pun tetap lanjut, semua demi sebuah kesuksesan.

skripsi

Merantau adalah pilihan untuk pendidikan yang terbaik. Semua itu dilaksanakan demi sebuah kesuksesan. Anak rantau rela tidak pulang kampung dan menahan rindunya demi sebuah kesuksesan yang membanggakan keluarga di kampung halaman. Saat liburan, kamu hanya bisa berjuang demi bisa pulang di lain waktu dengan berjanji menyelesaikan skripsi bahkan berjanji bekerja sebaik mungkin demi menghasilkan uang untuk membeli kebutuhan rumah di kampung halaman.

6. Rela sakit karena terlalu rindu kampung halaman.

sakit

Kamu yang merantau saat liburan dan tidak bisa pulang kampung hanya bisa telponan dengan orangtuamu. Hanya suara yang dapat melampiaskan rasa rindu kamu sebagai anak rantau. Bahkan, sebagian besar anak rantau menjadi sakit karena terlalu merindukan kampung halaman. Namun, kamu hanya bisa menyembuhkan diri sendiri karena orangtuamu tidak ada disampingmu.

7. Berharganya waktu di rumah, hanya kamu yang mengerti manfaatnya.

waktu

Anak rantau merupakan orang yang bisa dihitung kapan pulang dalam setahun bahkan dalam tiga tahun. Nah, hanya kamulah sebagai anak rantau menghargai waktu di rumahmu. Karena, hanya kamu yang sanggup menangis dan menghapus air matamu sendiri saat rindu di daerah orang lain. Hanya kamu jugalah yang tahu bahwa perjuangan membutuhkan kerelaan untuk meninggalkan sementara kenyamanan paling berharga yakni suasana rumah.

"Satu-satunya hal yang memotivasimu selama merantau ini adalah berjuang untuk kembali ke daerahmu. Seberapa susahnya dirimu, kamu paham kalau kamu pasti akan kembali".

sumber : inspiratif | editor : admin blogger |"D  4  Ni"

Pemanfaatan Dana Desa 2016 - 2017

Selamat Sore! "petang" kota kendari

Hasil Pemanfaatan Dana Desa 2016

Pada tahun 2016, dana desa dialokasikan sebesar Rp46,98 triliun. Berdasarkan total tersebut, rata-rata dana desa yang diperoleh per desa mencapai Rp643,6 juta. Realisasi penggunaan Dana Desa diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Penggunaan dana desa tersebut utamanya digunakan untuk peningkatan kualitas hidup, penanggulangan kemiskinan, kesejahteraan masyarakat, serta perluasan skala ekonomi individu dan kelompok.

Berdasarkan data periode 12 Maret 2017, hasil pemanfaatan dana desa tahun 2016 khususnya bidang pembangunan diantaranya yaitu pembangunan jalan desa sepanjang 66.884 km, 12.596 unit irigasi, serta 7.524 posyandu. Selain itu, dana desa juga dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat, diantaranya pelatihan kewirausahaan desa untuk pemuda, serta pelatihan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

Kini, pada tahun 2017, besaran dana desa meningkat hingga Rp60 triliun. Peningkatan tersebut ditujukan untuk penguatan desentralisasi fiskal serta mewujudkan Nawa Cita, khususnya poin membangun dari pinggiran.

Mari bangun desa untuk membangun Indonesia. Kawal pembangunan di daerahmu!

Bila temankeu menemukan indikasi penyalahgunaan anggaran dana desa, laporkan via Lapor1708 melalui sms 1708, website www.lapor.go.id, serta aplikasi lapor. Selain itu, temankeu juga dapat melaporkan melalui call center Kementerian Desa PDTT melalui 1500040 atau sms center 081288990040 / 087788990040.

#DanaDesa
#AyoBangunDesa
#SadarAPBN

Minggu, 09 April 2017

Teringat Tentang Keindahan Desaku 10 Tahun Lalu

La Ode Muhamad Fardan™| "Kenangan" Mengingatkan Tentang Keindahan Kampung Halaman Ku

Apa kabar duniaku?  kembali aku menghirup udaramu dengan rasa yang sangat-sangat baru. Akhir-akhir ini cuacamu sangat tak menentu, menemani akhir pekan yang aku rasa semakin ambigu untuk dinimati.

Tapi tak apalah, mau gimana lagi, tak mungkin kusalahkan kau tentang buruk dan baiknya cuacamu, karena aku merasa yakin bahwa kau tak beraslah dan tak punya andil dalam perubahan itu.

Kau tahu kampungku? kampungku berada dipelosok daerah sana. Dulu, ketika saya masih berumur enam hingga sepuluhan tahun, banyak orang-orang tak mengenal kampungkuu, bahkan ada nada menghina tersirat dalam ucapan orang-orang itu. Namun aku masih bangga terhadap kampungku itu.

Tahu kenapa? Karena saya merasa kampungku memiliki segalanya, ya, alam yang melimpah, tetangga yang menebar senyum, ramah tamah dalam silaturahmi, masih banyak hutan yang dapat dilihat, dan juga kepelosokannya kukira. "Kampungku Desa Bone - Bone serasa negeri yang luar biasa, memberikan ikan-ikan segar dari lautnya yang jernih, tempat para penduduk berenang serta mengais rezeki. (Desaku 10 Tahun Silam)

saya masih ingat ketika teman - teman mengajakku mencari ikan ditepi laut yanga indah dikampungku, men-jala ikan sambil belajar tersenyum dengan pemandangan ini, kami men-jala –namun masih saja tak sempurna - dan luar biasa yang kami dapatkan dari ketidak semprnaan itu, ikan-ikan segar untuk kami makan dan masuk dalam tungku ibuku.

Alam, Kali Jernih dan Laut dikampungku merupakan sahabatku, berendam lama di laut merupakan hobi kami saat anak-anak, tak jarang kami-pun demam tinggi dibuatnya karena tak dengar nasihat ibu dan nenek. Tapi, tetap saja saya dan teman - teman membandel dan tetap terjun kesungai/Kali dan Laut yang indah dikampung ku. Betapa nakalnya kami saat itu.

Tapi entah mengapa, saya merasa luar biasa bahagia. Aku pernah diajak orang tuaku berjalan kaki ke kebun yang letaknya jauh sekali dari rumah, digerogoti nyamuk, masuk jalanan berlumpur hingga kotor pakaianku.

Namun sejak aku lulus dari sekolah dasar, orang tuaku ingin aku maju. Mendambakan pendidikan yang baik sebagaimana diharapkan oleh orang-orang tua lainnya. Berangkatlah aku, dan akhirnya dengan perjalanan dan perjuangan yang berat aku sampai disini, Kota Provinsi Sulawesi Tenggara "Kota Kendari".

Kau tahu duniaku? sesekali aku pulang melihat kampungku, menjenguk orang tuaku/keluargaku, membebaskan rasa rindu yang luar biasa lama dipendam. Tapi bagaimanapun saya harus kuat, karena saya adalah seorang laki-laki.

"Laki-laki haruslah bersifat kesatria, yang tegar dan kuat serta bertanggung jawab. Begitu pepatah-pepatah yang aku dengar dari para guru".

Akhir-akhir ini saya mengerti mengapa banyak perubahan pada duniaku yang sering tak tentu ini, alam-mu yang dulu kulihat indah, lebat dan rupawan, kini tergantikan dengan degradasi besar-besaran. Hutanmu gundul rupanya, hanya menyisakan kantong-kantong uang bagi pembesar yang tak tahu aku dari mana datangnya.

saya merasa terjarah dalam kampungku sendiri, awal-awalnya saya masih merasa bodoh melihat betapa tak sesuainya keseimbangan ini, tapi sejak berada ditempat yang jauh, sedikit-sedikit saya mengerti, betapa tak aman lagi alam kampungku saat ini.

Pernah saya diajak keluargaku berjalan ke arah hulu, melihat-lihat apa perkembangan akhir-akhir ini pada negeriku. Luar biasa, hutanmu sungguh tinggal sedikit lagi, rawa-rawa menyempit dan hampir tak menyisakan air. Yang aku rasakan sesudahnya adalah panas dan gersang dibawah terik yang luar biasa, serasa matahari mendekat diatas ubun-ubunku. Lautan yang indah kelihatan marah dan berhenti memberikan ikan dikampungku, karena tangan tangan robot yang meratakkan karang-karang lautan seperti daratan yang gersang.

Sadarlah aku, keseimbanganmu talah goyah oleh generasi-generasi kami yang tidak berfikir ulang tentang bagaimana kontribusimu selama ini. Kau memberikan segalanya dari alam Tuhan ini “gratis” tak mengharap balasan, sedangkan generasi kami membabatnya dengan berbagai macam alasan.

Tahulah aku, sungai dan Laut kami yang jernih dulu, kini airnya semakin memudar, beralih keruh. Tak terlihat lagi batu-batu kali, tak terlihat lagi karang-karang penyelamat umat, tempat kami semasa anak-anak melempar-lemparkan badan ini dengan senang untuk berenang ke dasar kali dan laut indah dikampungku., "Sekarang telah sirna" Hanya tinggal tebing-tebing yang bisa melongsorkan tanahnya kapan saja ia mau, dan akhirnya aku pulang dan tak jadi berendam.

Oh, itulah rupanya curhatanku “duniaku” selama ini dengan cuacamu, negeriku yang kaya ini menggerogoti dirinya dengan mambumi-hanguskan alamnya sendiri. Entah hingga kapan generasi kami akan duduk manis mendengarkan ucapanmu dan mengamini permintaanmu. Membelai kembali alammu dengan perilaku sahaja, besahabat sebagaimana nenek moyang kami jauh sebelumnya.

Hari ini, cuaca masih panas, dan aku sebisa mungkin memahami dan mendengar dengan baik pembicaraanmu pada alam ini. Apapun itu, aku masih tetap menikmati dan tersenyum terhadapmu. Salamku..

Alam dan Cuaca Ku : "Saat ini maafkan generasi yang tak tau diri tentang keadaanmu"

Hingga tulisan ini terbit., ini terkhusus cerita tentang Desaku/Kampungku dan apabila ada kesamaan dalam tulisan ini yang menyerupai tentang permasalahan yang sama maka semoga bisa dijadikan kenangan manis bersama ☺

Oleh : La Ode Muhamad Fardan
Pengurus Pusat Studi Demokrasi Kendari
"PSD Kota Kendari"

(Sarjana Ilmu Komunikasi / Fisip UHO Angkatan 2011 )

D  4  Ni

Disuatu Sisi Kehidupan

La Ode Muhamad Fardan


Antara Umur dan Cinta

Setelah sekian lama tidak menulis, akhirnya dorongan untuk menulis kembali lagi. Hanya saja, kali ini aku tidak sedang ingin menulis catatan perjalanan seperti biasanya. Catatan perjalanan yang kali ini aku tulis cukup berbeda, namun hal yang umum dialami dan dirasakan semua manusia. Perjalanan cinta. Cielah.

=============================================

Umur dan cinta memiliki korelasi yang kuat, itu menurutku.

Seiring bertambahnya umur dan pengalaman, pandangan kita mengenai ‘cinta’ berubah. Entah ke arah positif maupun negatif. Yang jelas, umur benar-benar merubah cara pandangku mengenai cinta; bagaimana aku melihat, memahami, merasakan, dan mengalami cinta.

Semakin tua, terutama mendekati pertengahan umur 20, aku semakin pesimis melihat cinta. Aku tidak lagi melihat cinta sebagai suatu anugrah pun mencari cinta layaknya kisah di novel dan film-film roman. Mencari pun sudah tak kulakukan lagi; lelah. Kalau memang ada seseorang yang ditakdirkan untuk bersamaku, pasti dia akan hadir suatu saat nanti di waktu yang tepat. 

Tetapi apabila aku pikirkan lagi, pemikiranku ini benar-benar seperti seseorang yang sudah menginjak umur 30-an. Umur dimana ego sudah benar-benar menguasai diri, tidak lagi dapat menerima kehadiran orang lain karena sudah terlalu nyaman dengan ruang lingkup kehidupannya sendiri. Tidak seharusnya aku bersikap seperti ini. Tapi nyatanya, pengalaman dan umur telah memberiku terlalu banyak pelajaran pahit; cikal bakal matinya pohon pengharapan.

Di sela-sela rasa penat dan lelah terhadap kehidupan percintaan, aku mencoba menghabiskan hari-hari bersama buku; satu-satunya hal yang dapat mengajakku kabur dari dunia abu-abu ini. 

Adalah satu buku yang berisikan tulisan-tulisan pendek mengenai cinta, penulisnya merupakan para pegiat suatu komunitas di Korea Selatan. Belum pernah aku membaca buku karangan penulis Korea Selata sebelumnya. Judulnya pun sederhana,Things to Know When in Love. Entah apa yang terbesit di kepalaku sampai aku mengangkat buku tersebut dari tumpukan buku-buku keluaran terbaru di toko buku yang tak jauh dari rumahku. 

Buku yang dikategorikan sebagai novel graphic ini menyajikan tulisan-tulisan pendek (benar-benar pendek, bahkan ada yang satu kalimat saja) yang dikemas dengan menarik yang penuh dengan makna.

Adapun salah satu tulisan pertama yang aku baca dari buku tersebut, Penyebab “Semakin Berumur, Percintaan Semakin Sulit”, yang membuat aku terperangah. Sedikit. Begini kutipannya:

“Penyebab ‘semakin berumur, percintaan semakin sulit’ hanya satu.

Kau dan dia telah terlalu lihai.

Telah memberikan cinta sepenuhnya

dan mencurahkan seluruh perasaan, tapi akhirnya tidak menjadi apa-apa.

Percintaan pun bukan lagi ‘sesuatu yang ingin dilakukan’.

Tapi menjadi sesuatu yang ‘kalau bisa, bagus’ atau ‘kalau tidak bisa, apa boleh buat’.”


Hok. Rasanya ada sesuatu yang menghujam dada saat membaca kalimat-kalimat tersebut. Benar juga. Semakin berumur, pengalaman dalam menjalin hubungan dengan orang lain pun telah banyak didapatkan. Pengalaman, baik itu baik maupun buruk, akan benar-benar mempengaruhi hati kita. Pengalaman yang buruk akan membuat kita memandang cinta sebelah mata. 

Teringat ketika salah seorang teman pernah berkata, “Menikahlah sebelum kamu menginjak umur 30 tahun. Memasuki umur 30, kamu akan terlalu keras untuk menerima kehadiran orang dalam hidupmu. Ego dan prinsip hidup yang sudah tertata sekian kokohnya tidak akan mudah untuk dicampurtangani oleh pasangan nantinya. Semakin besar kemungkinan cekcok muncul karena ego tersebut. Terlebih untuk kaum lelaki; menjomblo sampai umur 30 akan membuat laki-laki semakin sulit mencari pasangan, karena mereka sudah terlalu nyaman berada dalam zona kesendiriannya tersebut.”

Tetapi, bukankah begini,

menjelang pertengahan umur 20, kita akan lebih fokus untuk membangun diri dan karir; untuk masa depan yang lebih baik, mereka bilang. Bagi mereka yang tidak memiliki pasangan, hal tersebut akan menjadi tujuan utama dalam hidup;kehadiran pasangan akan mengganggu proses menuju sukses, mereka bilang. Aku pun berpikir seperti itu. Padahal aku tahu, kalimat itu hanyalah alasan bagi mereka yang sudah “malas” mencari pasangan.

Bertemu yang baru, mencoba mengenal satu sama lain dari awal. Menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Menerima sifat-sifat satu sama lain, baik itu sesuai dengan kita maupun tidak. Mencoba beragam hal baru yang belum pernah dilakukan berdua. Menghadapi permasalahan yang biasa dialami pasangan layaknya roda yang berputar. Memikirkan kembali keputusan yang telah diambil. Memikirkan apakah hubungan layak untuk dilanjutkan atau tidak. Apabila berhasil maju, ya syukur. Kalau tidak bisa, ya mungkin belum jodoh. Seperti itulah. Kita tahu, menjalankan proses itu melelahkan.

Rasa malas dan takut. Ya, takut. Takut mengalami kegagalan lagi dalam menjalankan hubungan kiranya menjadi hal terbesar yang menjadi penyebab timbulnya rasa malas dalam menjalin cinta.

Takut menyakiti dan takut disakiti. Tentunya semua manusia takut akan hal tersebut.

Pada akhirnya, semua akan menunggu. Menunggu jodohnya untuk datang tanpa perlu usaha lebih untuk menariknya. Duduk tenang dan menanti keajaiban datang, atau berjalan-jalan di toko buku berharap ada seseorang yang tak sengaja bertubrukan dengan kita dan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Di sisi lain, di seberang, entah di mana, seseorang melakukan hal yang sama dengan kita. Menunggu sampai salah satu merobohkan tembok kemalasan dan berani mengambil resiko untuk menyakiti dan tersakiti.

La Ode Muhamad Fardan

Puisi Ku ☕ Untuk Hikmah

Dalam diam,

Senyum itu datang dan menggoda

Dalam sepi

Bayangnya datang menghampiri

akulah serpihan jiwamu

suatu saat nanti

Kita lewati jarak dan waktu

Harapan dan impian jadi kekuatan

akulah sepi dalam ramainya hatimu

akulah mimpi mimpi panjangmu

dalam diam

kan kujaga asa dan mimpimu

dalam sepi

Aku kan terus menanti

Asap Putih Menyerupai Awan

Berawal dari kepulan asap putih menyerupai awan dan malam dingin hujan turun membelai mimpi, ku hisap sebatang rokok ku hembus membentuk lingkaran. di samping segelas kopi hitam yg menjadi kawan setelah tak ada lagi kawan. 

di sini, ada cerita tentang persahabatan sebatang rokok dan segelas kopi yg terpadu menjadi sajian yg kental akan hitam dan putihnya, senantiasa menikmati pahit dan manisnya karya. 

di malam yg sunyi kita berteriak "kopi hitam dan sebatang rokok sudah menjadi tradisi kita sejak kita berkawan" 

ya, di sini 
di rumah karya kita, terlahirlah sajak sebatang rokok yg tak pernah habis, 
yg akan menjadi tradisi hingga nanti.

" D   4   Ni "