Buka-Bukaan Penderitaan Mahasiswa Skripsi: Sebuah Kisah Non-Fiksi
The Legend of Skripsi .
Creative : LMF | Cakra La Ode |
Creative : LMF | Cakra La Ode |
"Karena mahasiswa yang sedang skripsi butuh dipahami"
"Sudah tidak ambil kuliah, tapi skripsinya belum selesai-selesai?"
Satu kalimat. Sederhana. Berjuta makna. Berjuta rasa. Terutama buat kita semua yang sedang menjalani skripsi.
Mungkin, mereka yang sampai hati melontarkan kalimat itu tak memahami penderitaan para mahasiswa skripsi.
1. Pusing melihat buku di perpustakaan
Referensi, Referensi, Referensi, Jurnal, Skripsi, alumni, Entah di perpustakaan kampus, di perpustakaan daerah, atau di perpustakaan pribadi (maksudnya, harus beli). Yang pasti, para mahasiswa skripsi pastinya harus tegar bolak-balik ke tempat ini. Kata dosen, biar memperkaya ilmu dalam adu argumen.
Referensi, Referensi, Referensi, Jurnal, Skripsi, alumni, Entah di perpustakaan kampus, di perpustakaan daerah, atau di perpustakaan pribadi (maksudnya, harus beli). Yang pasti, para mahasiswa skripsi pastinya harus tegar bolak-balik ke tempat ini. Kata dosen, biar memperkaya ilmu dalam adu argumen.
2. Pusing melihat laptop
Cari bahan tambahan di internet, kata dosen. Apa daya, kehabisan paket internet. Jadi haruslah merogoh kocek untuk ke warnet. Walaupun pada akhirnya berakhir dengan surfing bebas di internet. *yang diikuti derai air mata dua jam kemudian karena tersadar malah cari hiburan bukan bahan buat skripsi"
Cari bahan tambahan di internet, kata dosen. Apa daya, kehabisan paket internet. Jadi haruslah merogoh kocek untuk ke warnet. Walaupun pada akhirnya berakhir dengan surfing bebas di internet. *yang diikuti derai air mata dua jam kemudian karena tersadar malah cari hiburan bukan bahan buat skripsi"
3. Duit sekarat
Print, Kertas, Tinta, Entah ada berapa ratus lembar. Sekalinya dilihat dosen cuma lima menit, coretan besar melintang. Ganti. Revisi. Print lagi. Sakitnya bukan cuma di dompet, tapi juga di hati, kawaaan. "sakiiiittt koneee"
Print, Kertas, Tinta, Entah ada berapa ratus lembar. Sekalinya dilihat dosen cuma lima menit, coretan besar melintang. Ganti. Revisi. Print lagi. Sakitnya bukan cuma di dompet, tapi juga di hati, kawaaan. "sakiiiittt koneee"
4. Kering nungguin dosen
Janjinya jam satu. Berjam-jam kemudian baru muncul. Tetap mesti pasang senyum meski hati mendongkol.
Janjinya jam satu. Berjam-jam kemudian baru muncul. Tetap mesti pasang senyum meski hati mendongkol.
5. Terlibat cinta segitiga: mahasiswa-skripsi-dosen pembimbing
Ini mimpi buruknya dari segala mimpi buruk. Kitanya ingin buat apa, dosennya mengarahkan ke mana. Belum jika dosen pembimbingnya ada dua. Siap-siap aja, terbuang sekian banyak cucuran energi, keringat, air mata dan rambut yang rontok.
Ini mimpi buruknya dari segala mimpi buruk. Kitanya ingin buat apa, dosennya mengarahkan ke mana. Belum jika dosen pembimbingnya ada dua. Siap-siap aja, terbuang sekian banyak cucuran energi, keringat, air mata dan rambut yang rontok.
6. Kurang tidur
Inginnya sih bisa kerja skripsi siang hari atau sore hari. Apa daya ide baru muncul di kala malam. Sementara siang, harus berkeliling mencari nafkah referensi.
Inginnya sih bisa kerja skripsi siang hari atau sore hari. Apa daya ide baru muncul di kala malam. Sementara siang, harus berkeliling mencari nafkah referensi.
7. Kesepian
Masuk di masa skripsi, rasanya semua teman yang dulu sering pergi ramai-ramai mendadak menghilang. Ada yang sibuk skripsi, ada yang masih ngejar SKS yang tertinggal, ada yang sudah lulus. Hehe. "terlantar gitu rasanya".
Masuk di masa skripsi, rasanya semua teman yang dulu sering pergi ramai-ramai mendadak menghilang. Ada yang sibuk skripsi, ada yang masih ngejar SKS yang tertinggal, ada yang sudah lulus. Hehe. "terlantar gitu rasanya".
EDITORS'PICKS
8. Emosi Tidak stabil
Yah, puncak dari semuanya, mahasiswa skripsi masih dibilang labil pula. Apalagi kalau dengar pertanyaan "Sudah sampai bab berapa?" Harap maklumi kami, kalau kami jadi suka marah-marah tidak jelas, kadang nangis, kadang ketawa histeris, kadang (terpaksa) mengurung diri di kamar. Yah, itu semua kami lakukan demi skripsi.
Tapi tidak apa-apa, kami semua ikhlas melakukan semuanya asal bisa melihat senyum bangga orang tua yang mengembang di hari wisuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar