Selasa, 03 Januari 2017

Musuhmu Birokrat dan Kebijakannya!

Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan,...”

Oleh : La Ode Muhamad Fardan |LMF|

Fardanode™©|Konsolidasi, audiensi, aksi, orasi, biasa dilakukan oleh para aktivis kampus yang mempertanyakan kebijakan-kebijakan kampus yang tidak sesuai dan tidak pro terhadap mahasiswa. Bagi kalangan "mahasiswa biasa" hal itu tidak perlu dilakukan karena barangkali akan merusak gelar mahasiswanya. Tapi menurut "aktivis kampus" hal itu perlu dilakukan, karena mahasiswa itu harus kritis dan jangan mau diperlakukan seenaknya oleh birokrat kampus. Itu salah satu permasalahan mahasiswa sekarang, terpecah belah akibat beda pemahaman antara "mahasiswa biasa" dengan "aktivis kampus".

Kebanyakan aktivis kampus biasanya juga menjadi anggota suatu organisasi yang berada di luar kampus atau yang sering dibilang "Organ Ekstra". Biasanya ketika masuk ke dalam organ ekstra, dalam kaderisasinya diberikan pemahaman mengenai garis politik organ ekstra tersebut. Sebut saja HMI, PMII, GMNI, dan KAMMI punya pandangan garis politik yang berbeda-beda. Jika para aktivis bergabung dalam organ ekstra kampus yang berbeda-beda pastinya mereka akan mempunyai pemahaman atau ideologi berbeda-beda pula. Barangkali berawal dari beda garis politik ini mahasiswa menjadi terpecah belah kembali. Setelah terpecah belah antara "mahasiswa aktivis" dan "mahasiswa biasa", sekarang diperparah dengan terpecahbelahnya antara mahasiswa aktivis yang mempunyai garis politik berbeda.

Berawal dari garis politik yang berbeda-beda sampai akhirnya para aktivis kampus saling baku hantam demi memperebutkan kekuasaan di kampus yang mereka diami. Ini menjadi kerugian bagi aktivis kampus yang tidak mau mempunyai garis politik dari organ ekstra, karena yang ia tahu hanya bagaimana melawan kebijakan-kebijakan kampus yang tidak sesuai. Apa yang aktivis kampus tanpa garis politik organ ekstra bisa lakukan? Mungkin saja berdoa agar aktivis kampus bisa bersatu kembali. Tapi sepertinya sulit, jika tidak ada yang meredam terlebih dahulu di antara mereka.

Sampai kapan mahasiswa terpecah belah? Entah. Mungkin para birokrat sedang duduk santai menikmati kursi nyamannya sewaktu para aktivis kampus saling berkelahi tentang garis politiknya masing-masing. Tanpa aktivis kampus yang menyikapi kebijakan-kebijakan, para birokrat tambah seenaknya membuat kebijakan yang tidak pro mahasiswa. Apa yang terjadi jika itu terjadi? Mahasiswa kembali yang akan merugi.

Teman-teman aktivis kampus, sudah saatnya teman-teman kembali bersatu. Kembali pikirkan tentang pemahaman aktivis kampus dahulu bahwa menyikapi kebijakan kampus yang tidak sesuai dengan mahasiswa lebih penting daripada terus mengedepankan ego dan kepentingan dari organ ekstra.

“...Wahai kalian yang rindu kemenangan. Wahai kalian yang turun ke jalan. Demi mempersembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta.”

Oleh : La Ode Muhamad Fardan |LMF|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar