Masih
di kota yang sama hidup pula seorang pemuda yang sangat tampan cerdas.
Namun sayang ia begitu miskin, hingga untuk makan saja ia harus berjuang
keras untuk mendapatkannya. Bajunya yang demikian lusuh dan penuh
dengan tambalan telah menyembunyikan ketampanannya dari perhatian
orang-orang. Hampir tak satu pun warga yang mempedulikannya, hanya pada
saat mereka membutuhkan orang untuk mengerjakan pekerjaan kotor dan
menjijikan mereka menyuruhnya untuk mengerjakannya dengan upah
alakadarnya.
Si pemuda miskin itu
menjadi sedih dan kesepian. Kesedihannya kian menjadi saat melihat
pemuda tampan dan kaya raya itu, betapa pemuda itu begitu diperhatikan
dan dielu-elukan. Pemuda miskin itu selalu berharap bahwa suatu saat
nanti orang-orang juga akan memperhatikan dirinya karena ia juga memiiki
banyak hal yang ingin ia bagikan kepada orang banyak.
Suatu
hari pemuda miskin itu memberanikan diri menemui pemuda kaya raya
tersebut. “Permisi” katanya dengan suara parau dan lirih. “Bolehkah saya
meminta bantuan anda?” Pemuda kaya raya yang baik hati tersenyum kepada
pemuda miskin itu.
“Tentu saja” jawabnya. “Apa yang bisa saya bantu?” tanyanya dengan tulus.
“Begini”
kata pemuda miskin itu. “Anda sangat tampan dan kaya, sehingga semua
orang demikian memperhatikan dan ingin bertemu dengan anda. Sedangkan
saya hanyalah pemuda miskin yang tidak mampu berpenampilan menarik dan
indah, hingga tak ada seorangpun yang ingin memperhatikan saya. Saya
ingin sekali kau meminjamkan salah satu baju terbaikmu dan berjalan
keliling kota bersama-sama anda, walau hanya sehari saja. Mungkin dengan
demikian orang-orang akan memperhatikan saya dan mau mendengarkan saya,
karena banyak sekali yang ingin saya bagikan kepada mereka. Ah, andai
saja mereka tahu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar