Kamis, 28 Juli 2016

Sang Perampok

Mau ke mana kamu Kiri kanan tembok Ke belakang ada jurang Ke depan dikejar hutang Pergi ke masa depan yang mana kamu Perjalananmu dipimpin perampok Di depan sana kamu ditunggu berbagai kelompok Yang masing-masing siap menjadi perampok Kamu dihadang oleh daftar kesengsaraan baru Orang yang mewakilimu menjualmu Orang yang kamu percaya mengkhianati cintamu Karena kamu tak mau belajar apa yang sebenarnya kamu tunggu Perampok-perampok bergilir memperkosamu Janji mereka kamu bayar dengan darah bahkan mautmu Kemudian tetap kamu junjung-junjung di pundakmu Bahkan terus saja kamu bersujud bersimpuh dengan dungu 

Perampok-perampok berbaju malaikat Perampok-perampok berludah ayat-ayat Perampok-perampok mencuri jubah kebesaran Tuhan Yang lain berbaris jadi pengemis dan pekatik Perampok-perampok berwajah demokrasi Berkaki kepentingan, bertangan keserakahan Perampok-perampok mengelus rambutmu dengan cinta Kemudian menikam punggungmu dengan dengki dan santet Delapan tahun silam kubilang perahu sudah retak 


Lima tahun kemudian kelasi diganti Perahu retak perahu oleng perahu bocor Dan setiap kelasi yang baru berlomba menambah bocoran-bocoran Politik hanya kepentingan Demokrasi adalah persepsi atas dasar kebencian Pemilu adalah perebutan buah kuldi Yang memelorotkan derajat Adam dari sorga ke kehinaan dunia Mau ke mana kamu Berpikir untuk juga menjadi perampok Mengacau negeri ini agar secepatnya membusuk Atau menguasainya, atau meninggalkannya Mau ke mana kamu Di mana gerangan harapan kini bersemayam Kalau yang sesungguhnya engkau lawan Adalah kotoran di dalam dirimu sendiri Tokoh-tokoh yang kau benci Sebenarnya mainstream dari arus napsumu sendiri Sementara tokoh-tokoh yang engkau cintai Kamu perbudak agar membukakan lapangan kerakusanmu Jadi, berhati-hatilah, jangan percaya kepadaku 

Waspadalah kepada setiap yang kukatakan kepadamu Tak semua diriku bisa kuperkenalkan melalui kata-kata Sebab beo, komputer dan tape recorder pun gampang membohongimu Kuajak kamu melingkar, bernyanyi, Menata hati, menjernihkan pikiran Belajar dewasa dalam perbedaan Belajar arif dalam lingkaran keberagaman Berlatih memohon agar Tuhan menjadi penghuni utama hati 

Menjadikan seluruh rakyat sebagai subyek utama dari fungsi akal Latihan bergembira, latihan tenteram, latihan tak berputus asa Kita bangun negeri akal, negeri orang dewasa, negeri nurani Menemukan Indonesia yang sejati Dan jika yang bernama Indonesia ini tak menerimanya Tetap cintailah ia. Buka hati dan kesabaranmu Untuk memaafkannya dan mendengarkan keluhannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar