Sabtu, 21 Januari 2017

 "Tanggung Jawab Seorang Pendosa"

“TANGGUNG JAWAB SEORANG PENDOSA”

21 JANUARI 2017 TULISANKITA TINGGALKAN KOMENTAR SUNTING

                           Fardan dan Hikmah

Ringkasan Untuk Hari Esok “Tanggung Jawab Seorang Pendosa”

Ya Allah, jika memang ini adalah jalan pilihan yang engkau berikan kepadaKu, insya allah saya belajar untuk menerima semua ini, sudah berbagai cara saya lakukan “menentukan pilihan sendiri” tapi apadaya semua tetap kembali Kepada-Mu wahai TuhanKu.

Saat ini berilah kami kekuatan dan keberanian untuk menyampaikan ini kepada mereka yang kami sayangi dan yang menyayangi kami serta yang membanggakan kami selama ini, Ya Allah jika ini pilihan yang Engkau tunjukkan kepadaku “insya allah saya akan menerimanya dengan Bismillah” maafkan diri hambamu ini yang selalu merebut takdirnya sendiri, maafkan diri hambamu ini yang selalu menjalankan rencanannya sendiri, tanpa hamba sadari Engkau telah mempersiapkan Taqdir dan Rencana untuk Hambamu ini , Saya yakin dan percaya bahwa Rencan yang Engkau berikan kepada Hamba di dunia ini “Insya Allah semua Berkah Ya Allah”. amiiin

“Ya Allah saya menuliskan ini, karena saat ini saya dalam kebingungan melihat situasi ini”. Maafkan diri Hamba ini, yang selalu mengeluh Kepada-Mu Ya Allah, sementara hamba jarang melakukan apa yang telah Engkau perintahkan. 

“Maafkan hamba Ya Allah” 

Malam Hari ini tepatnya tanggal 21 Januari 2017, Hamba berdoa agar “Suatu Hari dan Suatu saat” Hamba mulai menjalankan kesehari-harian hamba dengan penuh senyuman,canda dan tawa, “insya allah” 

“Melepaskan semua permasalahan selama beberapa bulan ini, karena saya telah melakukan kesalahan besar terhadapnya” maka dengan izinmu Ya Allah , saya bertanggung jawab atas semua kesalahan yang telah saya lakukan, jujur dengan penuh rasa takut saya mengahadapi semua ini, tapi hamba yakin bahwa inilah jalan yang terbaik yang telah Engkau berikan Kepada Hambamu ini “Ya Allah”

Penuh rasa tangis, air mata yang berjatuhan membasahi tulisan ini, Jujur Hamba sangat takut Ya Allah, begitu berat rasanya Ku langkahkan kakiku, apapun yang terjadi “saya siap menerima kosekuensi dari Dua Bela Pihak Keluarga”  berilah saya sedikit rasa keberanian untuk mengambil keputusan,  karena saya harus bertanggung jawab atas semua yang telah saya lakukan.

“Berilah Hamba Jalan Terbaik Ya Allah”

Amiiin Ya Robbal Alamin …
Dari Ku yang Berdosa Kepada Mu

“Fardan”

Sabtu, 14 Januari 2017

Mahasiswa Akhir : Legenda Skripsi

Buka-Bukaan Penderitaan Mahasiswa Skripsi: Sebuah Kisah Non-Fiksi
The Legend of Skripsi .
Creative : LMF | Cakra La Ode |
"Karena mahasiswa yang sedang skripsi butuh dipahami"
"Sudah tidak ambil kuliah, tapi skripsinya belum selesai-selesai?"
Satu kalimat. Sederhana. Berjuta makna. Berjuta rasa. Terutama buat kita semua yang sedang menjalani skripsi.
Mungkin, mereka yang sampai hati melontarkan kalimat itu tak memahami penderitaan para mahasiswa skripsi.
1. Pusing melihat buku di perpustakaan

Referensi, Referensi, Referensi, Jurnal, Skripsi, alumni, Entah di perpustakaan kampus, di perpustakaan daerah, atau di perpustakaan pribadi (maksudnya, harus beli). Yang pasti, para mahasiswa skripsi pastinya harus tegar bolak-balik ke tempat ini. Kata dosen, biar memperkaya ilmu dalam adu argumen.
2. Pusing melihat laptop

Cari bahan tambahan di internet, kata dosen. Apa daya, kehabisan paket internet. Jadi haruslah merogoh kocek untuk ke warnet. Walaupun pada akhirnya berakhir dengan surfing bebas di internet. *yang diikuti derai air mata dua jam kemudian karena tersadar malah cari hiburan bukan bahan buat skripsi"
3. Duit sekarat

Print, Kertas, Tinta, Entah ada berapa ratus lembar. Sekalinya dilihat dosen cuma lima menit, coretan besar melintang. Ganti. Revisi. Print lagi. Sakitnya bukan cuma di dompet, tapi juga di hati, kawaaan. "sakiiiittt koneee"
4. Kering nungguin dosen

Janjinya jam satu. Berjam-jam kemudian baru muncul. Tetap mesti pasang senyum meski hati mendongkol.
5. Terlibat cinta segitiga: mahasiswa-skripsi-dosen pembimbing

Ini mimpi buruknya dari segala mimpi buruk. Kitanya ingin buat apa, dosennya mengarahkan ke mana. Belum jika dosen pembimbingnya ada dua. Siap-siap aja, terbuang sekian banyak cucuran energi, keringat, air mata dan rambut yang rontok.
6. Kurang tidur

Inginnya sih bisa kerja skripsi siang hari atau sore hari. Apa daya ide baru muncul di kala malam. Sementara siang, harus berkeliling mencari nafkah referensi.
7. Kesepian

Masuk di masa skripsi, rasanya semua teman yang dulu sering pergi ramai-ramai mendadak menghilang. Ada yang sibuk skripsi, ada yang masih ngejar SKS yang tertinggal, ada yang sudah lulus. Hehe. "terlantar gitu rasanya".
EDITORS'PICKS
8. Emosi Tidak stabil
Yah, puncak dari semuanya, mahasiswa skripsi masih dibilang labil pula. Apalagi kalau dengar pertanyaan "Sudah sampai bab berapa?" Harap maklumi kami, kalau kami jadi suka marah-marah tidak jelas, kadang nangis, kadang ketawa histeris, kadang (terpaksa) mengurung diri di kamar. Yah, itu semua kami lakukan demi skripsi.
Tapi tidak apa-apa, kami semua ikhlas melakukan semuanya asal bisa melihat senyum bangga orang tua yang mengembang di hari wisuda.



Creative : LMF | Cakra La Ode |

Teringat Ketika Kita Lupa (Ampunkan Kami Tuhan)

​Perniagaan terkadang banyak membuat manusia lupa bahwa pada hakikatnya tujuan keberadaan manusia adalah untuk beribadah. Padahal senantiasa mengingat Allah dalam setiap keadaan mengandung begitu besar pahala yang mungkin tidak pernah kita kira.

Maukah kamu aku tunjukkan amalan yang terbaik dan paling suci di sisi Rabbmu, dan paling mengangkat derajatmu, lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas dan perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata, “Mau wahai Rasûlullâh!” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dzikir kepada Allâh Yang Maha Tinggi.” (HR. Tirmidzi)

Jadi dengan mengingat Allah, kita dapat memperoleh kesempatan untuk meraih pahala yang begitu besar. Apalagi jika kita selalu mengingat Allah di setiap tempat dan suasana terutama ketika manusia-manusia lainnya terlena dan lalai dalam mengingat Allah SWT.

“Siapa yang berzikir dipasar dengan ikhlas ketika orang-orang lalai dan tersibukkan dengan urusan mereka, niscaya Allah mencatat baginya sejuta kebaikan, dan benar-benarakan mengampuninya pada Hari Kiamat dengan ampunan yang tak pernah terlintas di hati manusia.” (HR. Al Baghawi)

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas” (QS an-Nuur:37-38)

Jadi jangan anggap remeh sekecil apapun kebaikan yang dapat kita lakukan. Sesuatu yang kita anggap ringan ternyata mengandung sejuta kebaikan dan luasnya ampunan dari Sang Pencipta. Suatu perbuatan yang dianggap kecil di mata manusia mungkin justru itulah yang ternyata memberatkan timbangan kita di akhirat kelak.

Ada dua orang mukmin yang ketemu di pasar. Kemudian yang satu menasehatkan kepada temannya, ’Mari kita memohon ampun kepada Allah di tengah kelalaian manusia.’ Keduanyapun banyak membaca istighfar. Suatu ketika salah satu orang ini meninggal. Tiba-tiba yang hidup ketemu temannya dalam mimpi. Dia berpesan, ’Tahukah kamu, ternyata Allah mengampuni dosa kita sore hari ketika kita ketemu di pasar.’ (At-Targhib wa at-Tarhib, no. 2620)

“… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allâh, Allâh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.“[al-Ahzâb/33:35]
"Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya,"
(QS. Al-Ahzab: Ayat 41)

Sabtu, 07 Januari 2017

Tentang Mahasiswa : Tugas yang Lama "Mahasiswa"

Cakra La Ode !

MAKALAH KEHIDUPAN MAHASISWA DI TEMPAT KOS

BAB 1

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Kehidupan anak kos yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali untuk sekarang ini contohnya bisa kita lihat dari segi sosial, budaya mereka dari asal mereka sendiri dan ekonomi mereka sangatlah jauh berbeda dengan daerah yang mereka tinggali untuk sekarang ini. Sehingga mau tak mau mereka yang berasal dari daerah lain atau kota lain harus bisa menyesuaikan dengan daerah yang mereka tinggali untuk sekarang ini. Tidak hanya itu, merekapun juga harus mampu mandiri dimana biasanya mereka ada orang tua sekarang apapun harus mereka lakukan sendiri.

Kehidupan anak kos diwarnai beberapa hal baru bagi pelakunya. Dimana hal-hal baru tersebut dapat berupa suatu pengalaman maupun masalah. Anak kos yang jauh dari orang tua tentu akan mengalami perubahan drastis dari keseharian mereka sewaktu tinggal bersama orang tua. Pergaulan merekapun juga menjadi sangat rawan di zaman sekarang ini. Jika salah bergaul, tentu akan terjerumus ke dalam hal-hal yang berupa penyimpangan. Untuk itu, anak kost diwajibkan untuk lebih extra hati-hati dalam bergaul.

B.Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam perumusan masalah adalah:

Hal-hal yang menjadi warna dalam kehidupan mahasiswa di tempat  kos, dari segi positif dan negatif.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang penulis lakukan adalah mengatahui apa saja yang terjadi di dalam suatu kehidupan mahasiswa di kos baik dari segi positif maupun negatifnya.

D.Kegunaan Penelitian

Hasil yang didapat dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai hal-hal negatif dan positif dalam kehidupanmahasiswa di tempat kos.

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada dasarnya sistim sosial adalah: susunan sosial masyarakat dalam kesehari-hariannya bisa dalam lingkungan keluarga. Dalam wilayah tertentu, akan terdapat banyak perbedaan yang dapat kita jumpai karena tiap wilayah maupun keluarga mempunyai gaya hidup yang berbeda-beda, dengan contoh yang dapat kita lihat dari kehidupan sehari-harinya.

Ditinjau dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan.

Menurut survei , 80% mahasiswa memilih untuk “ngekos” , 15% mahasiswa ikut orangtua mereka berhubung mereka kuliah di dalam kota , 4% mereka memilih ngontrak rumah , dan 1% dari mereka memutuskan  membeli rumah karena mungkin orang tua mereka sangat mampu membiayai kuliah mereka. Kehidupan anak kos sangat bervariasi . Kehidupan tersebut kadang berdampak positif dan juga negatif . Dibawah ini beberapa dampak positif dan negatif dari anak kos :

Dampak positif :

1.       Lebih mandiri menjalani hidup karena melakukan semua hal sendiri tanpa orangtua

2.       Bisa mengatur keuangan sehari hari dan bisa lebih menghargai kiriman uang dari orang tua

3.       Lebih menghargai waktu yang ada karena harus membaginya dengan banyak hal

4.       Dan masih banyak lagi .

Dampak negatif :

1.       Menghabiskan waktu hanya untuk bersenang – senang dengan teman – teman

2.       Menghabiskan uang untuk hal yang tidak bermanfaat

3.       Malas untuk melakukan semuanya sendiri , karena bisa dilakukan oleh orang lain . Misal : malas memncuci baju dan memilih untuk laundry .

4.       Dan masih banyak lagi .

Sebagian dari anak kos menganggap bahwa “ngekos” dan jauh dari orangh tua merupakan kesempatan untuk mereka meng ekspresikan apa yang mereka inginkan . Ada 3 tipe anak kos menurut survei ini:

1.       Mahasiswa pertama yaitu mahasiswa  yang benar benar ingin menimba ilmu dan menghabiskan waktunya hanya untuk hal yang bermanfaat . Tidak ada kata “hangout” bersama teman apabila keperluan tersebut tidak menyangkut tentang pelajaran yang tengah dihadapi di bangku kuliah . Mereka benar – benar memikirkan tujuan dan sikap apa yang harusnya diambil ketika  kuliah di tempat tersebut .

2.       Mahasiswa kedua yaitu mahasiswa  yang setengah –  setengah untuk kuliah . Mereka akan melakukan apa yang mereka inginkan tergantung “mood” . terkadang ada kemauan untuk belajar , tetapi hal tersebut bisa terlupakan karena pengaruh dari mahasiswa lainnya . Misalnya : Ketika ia berangkat kuliah , temannya mengajak nya untuk nongkrong di mall . Karena terpengaruh ajakan teman , ia akhirnya bolos kuliah .

3.       Mahasiswa ketiga yaitu mahasiswa yang benar benar tidak ada kemauan untuk belajar . mereka hanya menghabiskan waktu mereka untuk hal yang tidak bermanfaat. Contohnya : mereka membolos kuliah karena tidak menyukai dosen yang mengajar dan memilih nongkrong di mall , mereka masuk kuliah tetapi tidak pernah mencacat dan mendengarkan apa yang dosen jelaskan , orangtua mereka mengirimkan uang kepada mereka dengan tujuan digunakan untuk hal yang bermanfaat tetapi mereka menggunakannya untuk berhura – hura ,  dan masih banyak lagi contoh yang bisa di lihat disekitar lingkungan mahasiswa  . Seringkali mahasiswa mengabaikan kepercayaan dari orang tua mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan berdalih membayar uang SPP atau membeli buku .

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pengumpulan Data
            Dalam mendapatkan data, penulis menggunakan metode sampling. Yakni suatu metode dengan pengambilan sampel secara acak. Pengggunaan sampel ditujukan agar dalam penelitian didapatkan data dengan kecermatan yang tinggi dan menghemat waktu, tenaga, serta biaya. Pengambilan sampel secara acak memungkinkan data dapat dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan penelitian dapat diperoleh dari kelompok-kelompok sampel yang homogen. Pengambilan sampel ditempuh melalui cara: 
- Kuesioner
Pengumpulan data dengan membagikan sejumlah pertanyaan untuk diisi oleh beberapa mahasiswa.

B. Ruang Lingkup Analisis

Ruang lingkup analisis penelitian di adakan di lingkungan kampus. Dengan tujuan mahasiswa yang merupakan anak kos.

C. Analisis Data

Analisis yang penulis gunakan adalah analisis kualitatif yaitu  menganalisa data dengan menggunakan pendekatan secara teoritis untuk mendapatkan kesimpulan. 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Kehidupan anak kos memang dirasa sebagai suatu perubahan, dimana biasanya kita apabila di rumah selalu dilayani dan diawasi oleh orang tua. Tapi jika di tempat kos kita akan lebih bebas. Namun, kebebasan itu harus disertai dengan tanggung jawab yang lebih besar. Karena kehidupan anak kos memiliki bermacam-macam efek, dari positif hingga negatif.

Kehidupan anak kos memang identik dengan kehidupan yang serba apa adanya, yang penting bisa kuliah dan bisa makan, walaupun ada juga yang tidak begitu. Di sinilah kehidupan baru dimulai. Kehidupan yag mengharuskan kita untuk mandiri. Anak kos dituntut untuk bisa lepas dari kebisaan-kebiasaan yang dilakukan di rumah, karena kehidupan di rumah atau tempat asal sangat berbeda dengan kehidupan yang harus dijaani sebagai seorang anak kos.

Menurut hasil survei kami tentang kehidupan anak kos, dilihat bahwa matoritas jika bisa memilih mereka akan memilih tinggal bersama orang tuanya. Hal ini dikarenakan beberapa alasan seperti lebih nyaman, terjamin, ada yang mengurusi segala kebutuhan mereka, dan dapat tinggal bersama orang yang mereka sayangi. Namun, ada pula yang lebih ingin tinggal di rumah mereka sendiri karena akan dirasa lebih tenang. Adapula yang memilih tinggal di tempat kos karena denngan berada di tempat kos akan membuat mereka lebih bebas tanpa ada tekanan. Apapun dan dimanapun kita akan tinggal nantinya, tentu diharapkan kita akan menjadi orang yang bermanfaat di daerah tersebut.

Tempat kos yang mereka sewa, mayoritas sebagai tempat tidur dan tempat dimana mereka mengerjakan tugas maupun laporan. Karena sebagai mahasiswa, waktu akan banyak terbuang di kampus. Sabagai anak kos tentulah mereka dituntut untuk lebih mandiri dalam berbagai hal karena mereka jauh dari orang tua mereka. Hal-hal seperti ini banyak menimbukan masalah yang harus dihadapi anak kos. Masalah yang sering muncul dari kalangan anak kos dimulai dari tempat kos mereka. Banyak diantara mereka telah nyaman dengan tempat kos mereka karena sesuai dengan apa yang mereka kehendaki, tempatnya bersih, ada kantin tempat makan sehingga mereka tidak repot dalam mencari makan, dan fasilitas yang membuat mereka nyaman. Namun adapula yang merasa tidak nyaman karena ketidakmampuan bersosialisasi dengan penghuni lain dan kondisi tempat kos yang jauh dari harapan mereka.

Masalah lain timbul dari segi keuangan. Sebagai anak kos, mereka dituntut untuk serba mandiri dalam menghadapi permasalahan yang ada. Dengan uang saku yang rata-rata dibawah satu juta tiap bulannya, beberapa dari mereka telah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan uang saku tersebut tiap bulannya. Uang memang menjadi kebutuhan mereka yang paling dominan, karena dengan uang mereka mampu membeli barang-barang yang tentu akan dibutuhkan selama mereka berada di tempat kos. Namun, beberapa anak juga ada yang merasa uang yang mereka terima dari orang tua meraka masih kurang. Untuk mengatasi masalah itu beberapa mencoba untuk membuka usaha demi mendapatkan uang. Ada pula yang melakukan penghematan besar-besaran bahkan hingga memotong uang makan mereka. Sehingga pola makan mereka menjadi tidak teratur. Pola makan yang tidak teratur ini tidak hanya disebabkan karena mereka berhemat, tapi juga karena mereka terlalu sibuk mengerjakan tugas dan laporan yang menumpuk sehingga mereka lebih memilih mengorbankan waktu makan mereka untuk mengerjakan laporan maupun tugas. Jika di rumah orangtua tentu makan mereka akan terjamin dengan waktu yang tetap. Sekarang untuk makan mereka diharuskan mencari sendiri dan terkadang hal itu pula yang membuat kebanyakan anak kos lebih memilih mengerjakan laporan atau tugas daripada mencari makan. Sehingga pola makan merekapun berubah menjadi tidak teratur.

Dalam memperoleh suatu informasi, anak kos yang beruntung di tempatnya terdapat televisi, dapat memperoleh informasi dari media tersebut. Namun bagi yang kurang beruntung, mereka memilih membeli koran maupun mendapatkan info melalui media internet. Namun, dalam perihal rindu kampung halaman tidak semua mampu mengobatinya. Mereka yang beruntung dengan uang saku yang lebih mampu pulang kampung tiap 2 minggu untuk bertemu keluarga dan melepas kerinduan. Untuk mereka yang tidak sanggup melakukan hal itu, cukup dengan bermain game ataupun jalan-jalan dengan teman dan melakukan hal positif lainnya, sudah mampu membuat mereka sejenak melupakan kerinduan mereka. Lagipula mereka harus berhemat agar uang saku cukup hingga akhir bulan.

            Kehidupan anak kos yang jauh dari orang tua menjadikan beberapa dari mereka seolah-olah merasa bebas dari aturan yang selama ini mengekang mereka. Banyak kabar negatif yang terkadang keluar dari kehidupan anak kos. Seperti yang telah biasa terdengar yakni tentang bebasnya anak laki-laki dan perempuan berada di dalam suatu kamar. Merasa tidak ada pengawasan dari orang tua, mereka berani berbuat sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma masyarakat. Beberapa dari anak yang kami survei ternyata telah mengetahui pula tentang hal ini. Namun, ada pula yang belum mengetahuinya.

            Baik bagi yang sudah mengatahui maupun belum, mereka sependapat bahwa mahasiswa yang jauh dari orangtua tidak sepantasnya melakukan hal seperti itu. Jauh dari orangtua bukan berarti bebas melakukan apa saja, anak kos jauh dari orangtua karen alasan untuk kuliah dan belajar bukan untuk bersenang-senang. Jadi, sebagai anak kos yang jauh dari orang tua seharusnya tidak merasa bebas dari segala aturan dan bebas melakukan apa saja. Namun, seharusnya mereka mampu lebih menjaga diri dengan baik dan tidak menyalahgunakan kepercayaan serta tanggung jawab yang telah diberikan orangtua kepada mereka. Lagipula, tempat kos bukan tempat untuk melakukan hal-hal seperti itu.

            Beberapa solusi mereka kemukakan untuk mengatasi hal tersebut. Seperti di antaranya mulai dari diri sendiri dengan pandai-pandai menjaga diri, memperdalam ilmu agama, pilih-pilih dalam berteman, cermat dalam memilih tempat kos (usahakan agar dekat dengan ibu kos atau pemilik tempat kos), menjauhi hal-hal yang berbau negatif, dan banyak mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif.

BAB V

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Kehidupan anak kos dirasa sebagai suatu perubahan besar dalam kehidupan mahasiswa yang harus bekuliah jauh dari daerah asal dan orangtuanya.  Banyak hal yang dapat dialami oleh anak kos. Hal-hal tersebut dapat memberikan dampak positif maupun negatif

Dampak positif nya mereka akan dituntut untuk lebih mandiri, karena mereka jauh dari orangtua maka apapun harus mereka lakukan sendiri. Melatih mereka untuk mengatur keuanganya, jika ingin bartahan hingga akhir bulan nanti. Lebih bisa menghargai waktu dan mengatur sesuai agenda mereka saat itu.

Dampak negatifnya bagi mereka yang tidak peduli dengan orangtua, dan merasa telah terbebas dari aturan orangtua, mereka akan melakukan hal-hal yang menyimpang dari nilai dan norma, seperti melakukan seks bebas, mengkonsumsi narkoba, memanfaatkan uang yang diberikan orangtua untuk bersenang-senang. Semoga hanya sedikit dari kita atau mungkin justru tidak ada yang terjabak dalam hal-hal seperti itu.

B.    Kritik dan Saran

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat memberikan pengetahuan bagi mereka pembaca. Dengan menyingkirkan kesombongan dalam diri dan tiada gading yang tak retak, penulis tetap mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan karya penulis di masa mendatang.

Daftar Pustaka

Lampiran

-2 lembar kuesioner

-36 hasil kuesioner

-Foto bukti pengisian kuesioner

Kuesioner

Kehidupan Anak Kost

Tolong diisi dengan baik dan benar

Nama               :

NIM                :

Prodi                :

Alamat kost      :

Menurut anda lebih nyaman tinggal dimana?

�       Rumah orang tua

�       Rumah saudara

�       Tempat kost

�       Lain-lain,.................................

Berikan alasan

............................................................................................................................................................................................................................................................

Apakah menurut anda tempat kost yang ada tempati sekarang sudah nyaman?

�       Sudah,

�       Belum,

Berikan alasannnya,

....................................................................................................................................................................................................................................................................................

Problem apa saja yang anda alami selama menjadi anak kost?

................................................................................................................................................................................................................................................................................

Apa solusi anda dalam mengatasi problem tersebut?

..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Kegiatan apa saja yang biasanya anda kerjakan sesampainya di kost, setelah kuliah?

�       Tidur

�       Nonton film

�       Mengerjakan laporan

�       Lain-lain,..........................................................

Kebutuhan apa sajakah yang anda perlukan selama berada di tempat kost?

....................................................................................................................................................................................................................................................................................

Berapa uang saku yang ada terima setiap bulannya?

................................................................

Sudah cukupkah uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan anda selama berada di kost?

�       Sudah,

�       Belum,

Lantas usaha apa yang anda lakukan jika belum,

..............................................................................................................................

Selama menjadi anak kost, bagaimana pola makan anda?

�       Teratur

�       Tidak teratur

Berikan penjelasan akan hal itu,

...................................................................................................................................................................................................................................................................................

Selama berada di tempat kost, informasi atau hiburan yang anda peroleh berasal darimana saja?

�       TV

�       Koran

�       Internet

�       Lain-lain,...............................

Seperti yang kita tahu bahwa tempat kost terkadang dijadikan sebagai tempat melakukan “seks bebas” yang lumrah di beberapa kalangan mahasiswa. Bahkan, beberapa tempat kost seakan-akan malah sengaja menyediakan tempat bagi mereka, apa tanggapan anda mengenai hal ini:

            ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Apa usaha anda untuk menghindari hal tersebut?

            ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Jumat, 06 Januari 2017

Apakah Kita Sudah Menjadi Tetangga yang Bijak ?

Fardan_Ode™®|| : Kita sering berharap mendapatkan tetangga yang jauh lebih baik. Namun apakah kita sudah pantas mendapat 'predikat' tetangga yang baik? Kita selalu menuntut orang lain untuk berubah sehingga diri kita terlupa bahwa kita memiliki banyak hal yang harus kita ubah.

Dari Ibn mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bagaimana saya bisa mengetahui, apakah saya orang baik ataukah orang jahat?” beliau menjawab,

“Jika tetanggamu berkomentar, kamu orang baik maka berarti engkau orang baik. Sementara jika mereka berkomentar, engkau orang tidak baik, berarti kamu tidak baik.” (HR. Ahmad 3808, Ibn Majah 4223 dan dishahihkan al-Albani)

Termasuk dalam hal bertetangga, mungkin tetangga sebelah rumah yang kita anggap biasa-biasa saja sesungguhnya di hadapan Allah, dia telah memenuhi banyak hak dalam bertetangga dibandingkan diri kita. Hal-hal sederhana yang ia lakukan bernilai besar namun sering kita acuhkan atau kita anggap hal yang lumrah.

Wahai para wanita muslimah! Janganlah salah seorang di antara kalian meremehkan pemberian tetangganya walau pemberiannya hanyalah kaki kambing.” (HR. Bukhari no. 2566 dan Muslim no. 1030, dari Abu Hurairah).

Jadi jangan abaikan setiap hal kecil yang dilakukan oleh tetangga di sekitar rumah. Makanan sederhana yang ia berikan mungkin ia telah berjam-jam memasaknya hanya untuk diberikan sebagian kepada kita. Atau makanan yang kurang berselera untuk kita makan mungkin itu adalah makanan terlezat yang disukai anggota keluarganya. Kita selalu menilai makanan yang dibuatnya bukan menilai nilai ikhlas untuk berbagi meski hanya sekedar.

Abdullah bin Amr disembelihkan kambing oleh keluarganya. Ketika ia datang, ia berkata, "Apakah kalian telah memberikan kepada tetangga kita yang beragama Yahudi? "Apakah kalian telah memberikan kepada tetangga kita yang beragama Yahudi?"

Rasulullah bersabda, "Sahabat yang terbaik di sisi Allah adalah yang paling baik dari mereka terhadap sahabatnya. Tetangga yang terbaik di sisi Allah adalah yang paling baik dari mereka terhadap tetangganya." (HR. Tirmidzi).


LMF : Buku Bacaan Ode

Rabu, 04 Januari 2017

Antara Marxisme dan Agama

Penyusun : La Ode Muhamad Fardan °

Akhir-akhir ini kita sering mendengar mengenai isu bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia. Beragam alasan terlontar mengenai penolakan PKI, salah satunya karena dianggap ateisme (paham yang tidak percaya akan adanya Tuhan). Apakah benar komunisme yang menggunakan paham marxisme yang digagas oleh Karl Marx dan Friedrich Engels menganggap bahwa agama adalah bagian penghambat dari perubahan corak produksi?

Propaganda anti komunisme memang sedang santer terdengar, dimulai dari ciutan Felix Siauw yang mengatakan bahwa komunisme tidak suka agama, selain itu juga ada seorang Mayor Jendral (Purn) Kivlan Zen yang menantang Goenawan Muhammad karena menganggap pikirannya sudah berkarat saat membahas soal PKI (islammedia.id), dan terakhir yang paling santer adalah FPI yang menyuarakan penolakan terhadap PKI karena dianggap tidak mematuhi hukum agama. Bahkan tanpa saya sadari ternyata Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pun menggunakan kalimat “Ateisme dianut oleh semua partai komunis di dunia” untuk contoh kalimat dari lema “Ateisme”. Barangkali sedikit banyak propaganda mengenai komunis (penganut ajaran marxisme) itu ateis (orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan) cukup berhasil.

Apakah tuduhan ateis yang disematkan pada partai-partai komunis berimbas juga pada ajaran marxisme? Jadi, sekali lagi apakah benar paham marxisme menolak keberadaan Tuhan? Hal pertama yang penting kita bahas adalah teori materialisme dialektika dan materialisme historis yang menjadi pokok pemikiran dari marxisme. Secara historis filsafat marxisme adalah filsafat perjuangan kelas proletariat melawan kaum borjuis untuk menumbangkan kapitalisme dan memunculkan sosialisme dari muka bumi ini.

Sebelum jauh ke sana, filsafat materialisme pada dasarnya berpandangan bahwa semua hal yang ada di bumi ini berawal dari materi, berbeda halnya dengan idealisme yang mengatakan bahwa semua hal yang berada di muka bumi ini berasal dari ide. Materialisme digunakan oleh filsafat marxisme untuk menjadi dasar filsafatnya.

Materialisme dialektika secara garis besar menyatakan bahwa semua materi yang ada di bumi ini mengalami pergerakan/dialektika, semisal batu yang ditumbuhi lumut di sungai bukan semata-mata lahir begitu saja, namun ada penyebabnya yaitu udara, air, dll. Sama halnya dengan kesadaran kelas proletariat atas penindasan yang dilakukan kaum borjuis tidak semata-mata datang begitu saja, namun disebabkan oleh materi-materi lain di bumi, semisal manusia.

Jika kita sering mendengar ungkapan bahwa sejarah adalah milik pemenang, sedangkan jika kita mengamati pada umumnya pemenang adalah orang/kelompok yang berkuasa. Marxisme lewat materialisme historis membantah sejarah kelas penguasa, semisal Napoleon Bonaparte menjadi kaisar Prancis yang menguasai hampir seluruh Eropa karena kegeniusan perangnya. Perang Dunia II terjadi karena sosok Hitler dengan pemikiran-pemikiran fasisnya, yang tertuang di buku Mein Kampf. Revolusi Oktober di Rusia adalah karena Lenin seorang dengan kemampuannya memahami Marxisme. Di dalam sejarahnya kaum penguasa, rakyat jelata tidak memainkan peran sama sekali. Mereka bukan faktor. Mereka hanya domba-domba yang mengikuti pemimpin mereka. Dan kalaupun mereka memainkan peran, hanya sebagai sekumpulan orang liar yang melakukan kerusuhan.

Materialisme Historis menjungkirbalikkan sejarah kaum penguasa, bahwa rakyat jelatalah aktor utama di dalam perubahan sejarah. Kalaupun ada figur-figur pemimpin, ia tidak lain adalah pengejawantahan dari kelas-kelas yang ada di dalam masyarakat. Materialisme Historis tidak menyangkal peran individu di dalam sejarah, tetapi meletakkannya dalam konteks kondisi masyarakat yang ada saat itu, dalam hubungannya yang dialektis.

Materialisme dialektik dan materialisme historis memang membicarakan materi sebagai dasarnya, alasannya sifat materi yang bisa diukur, dirasa, diraba oleh alat indra manusia. Kata kunci dari materialisme adalah dapat diukur oleh indra, sedangkan Tuhan tidak bisa diukur oleh indra, hanya bisa diyakini oleh setiap orang. Ranah kajian ada pada marxisme tidak sampai pada Tuhan yang sifatnya bukan materi. Penulis rasa tidak bijak jika kita menganggap ajaran marxisme sebagai ajaran yang anti Tuhan semata-mata hanya karena tidak menyentuh ranah Tuhan dalam kajiannya.

 

Menawarkan Keadilan

Permasalahan ketidakadilan merupakan permasalahan yang harus diselesaikan oleh setiap agama, begitu pula marxisme yang menentang keras ketidakadilan. Semisal ketika kita sering mendengar mengenai riwayat nabi Musa yang melawan kejahatan yang dilakukan oleh Fir’aun dan kemudian lewat kuasa Allah, nabi Musa menenggelamkan Fir’aun berserta bala tentaranya di sungai Nil. Marxisme memandang hal tersebut juga sebagai bentuk ketidakadilan, dapat digambarkan secara historis masa tersebut adalah masa perbudakan di Mesir. Raja Fir’aun selain menganggap dirinya sebagai Tuhan, dia juga melakukan eksploitasi terhadap budak-budak di Mesir.

Menurut penulis perbedaannya hanya pada tataran sosok yang muncul pada cerita nabi Musa tersebut, marxisme menganggap sosok merupakan wujud representasi yang muncul dari kelompok kelas, bukan berarti hanya satu orang (nabi Musa) saja yang melakukan perjuangan meruntuhkan ketidakadilan di Mesir, namun juga didukung oleh kaum budak pada masa itu.

Contoh lain di Indonesia misalnya PKI yang menganut ajaran marxisme yang menjadi momok saat ini karena dianggap anggotanya adalah ateis, secara sejarah menjelaskan hal tersebut adalah salah besar. Tidak heran dalam sejarah pergerakan negara Indonesia pun kita menemukan nama-nama tokoh-tokoh komunis seperti, Haji Misbach, Tan Malaka, Alimin, yang menegaskan keberpihakan nilai-nilai agama Islam dalam arena perjuangkan kemerdekaan negara Indonesia.

Lain halnya dengan paham marxisme yang menjelaskan mengenai teori pencurian nilai lebih yang dilakukan oleh kaum borjuis kepada kaum proletariat merupakan bentuk ketidakadilan. Penulis rasa sama dengan ajaran Islam, bahwa mengambil sesuatu yang bukan hak merupakan perbuatan dosa.

Lalu bagaimana dengan pernyataan Marx bahwa agama itu candu? Penulis rasa dalam memahami sesuatu harus dipahami pula konteksnya. Pada masa itu Karl Marx mengatakan hal tersebut karena memang dogma-dogma agama dijadikan alat untuk melegitimasi aturan-aturan yang menindas rakyat. Saat ini pun menurut penulis masih sama, rakyat masih terlena oleh logika mistika yang membuat rakyat pasrah akan keadaan. Ini pula yang ditolak oleh ajaran marxisme. Semisal ceramah ustaz yang mengatakan “Kamu miskin? Hidup kamu susah terus? Ya, itu karena kamu sedang diuji oleh Allah SWT. Perbanyaklah doa.” atau ceramah-ceramah Mario Teguh yang terlalu banyak berandai-andai dalam menyelesaikan masalah. Bukankah di Islam pun dalam salah satu ayat di Al-Quran menjelaskan bahwa Allah tidak akan pernah mengubah kondisi suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha mengubahnya.

Jika kita kontekskan dengan masalah di Indonesia, ketika Riau mengalami bencana kabut asap, beberapa umat Islam banyak yang melakukan salat gaib untuk meminta hujan dan menghentikan kebakaran. Hal tersebut menurut penulis tidak salah, namun yang harus digarisbawahi permasalahan kebakaran hutan di Riau bukan semata-mata kehendak Allah melainkan ada materi yang menyebabkan. Korporasi kelapa sawit yang menginginkan penggunaan lahan di sanalah yang menyebabkan hal itu. Lalu kenapa kita terus meminta keajaiban yang diberikan oleh Tuhan namun tidak mencoba mengadili pelaku pembakaran hutan tersebut? Hal yang perlu diingat pula Tuhan sebagai “Prima Causa”, penyebab segala sesuatu di dunia ini terjadi. Tetapi harus diingat pula, terdapat “Secondary Causa” yang juga turut serta menciptakan permasalahan di bumi ini.

Jadi dapat penulis katakan agama (Islam) dengan marxisme punya kesamaan filosofis yaitu pembelaan terhadap kaum tertindas, barangkali yang membedakannya nanti hanya setelah kaum tertindas terbebas dari penindasan. Dalam perjuangan marxisme berbasiskan hubungan relasi produksi, sedangkan agama (Islam) berbasiskan wahyu Tuhan.


#LMF

Selasa, 03 Januari 2017

Musuhmu Birokrat dan Kebijakannya!

Kepada para mahasiswa yang merindukan kejayaan,...”

Oleh : La Ode Muhamad Fardan |LMF|

Fardanode™©|Konsolidasi, audiensi, aksi, orasi, biasa dilakukan oleh para aktivis kampus yang mempertanyakan kebijakan-kebijakan kampus yang tidak sesuai dan tidak pro terhadap mahasiswa. Bagi kalangan "mahasiswa biasa" hal itu tidak perlu dilakukan karena barangkali akan merusak gelar mahasiswanya. Tapi menurut "aktivis kampus" hal itu perlu dilakukan, karena mahasiswa itu harus kritis dan jangan mau diperlakukan seenaknya oleh birokrat kampus. Itu salah satu permasalahan mahasiswa sekarang, terpecah belah akibat beda pemahaman antara "mahasiswa biasa" dengan "aktivis kampus".

Kebanyakan aktivis kampus biasanya juga menjadi anggota suatu organisasi yang berada di luar kampus atau yang sering dibilang "Organ Ekstra". Biasanya ketika masuk ke dalam organ ekstra, dalam kaderisasinya diberikan pemahaman mengenai garis politik organ ekstra tersebut. Sebut saja HMI, PMII, GMNI, dan KAMMI punya pandangan garis politik yang berbeda-beda. Jika para aktivis bergabung dalam organ ekstra kampus yang berbeda-beda pastinya mereka akan mempunyai pemahaman atau ideologi berbeda-beda pula. Barangkali berawal dari beda garis politik ini mahasiswa menjadi terpecah belah kembali. Setelah terpecah belah antara "mahasiswa aktivis" dan "mahasiswa biasa", sekarang diperparah dengan terpecahbelahnya antara mahasiswa aktivis yang mempunyai garis politik berbeda.

Berawal dari garis politik yang berbeda-beda sampai akhirnya para aktivis kampus saling baku hantam demi memperebutkan kekuasaan di kampus yang mereka diami. Ini menjadi kerugian bagi aktivis kampus yang tidak mau mempunyai garis politik dari organ ekstra, karena yang ia tahu hanya bagaimana melawan kebijakan-kebijakan kampus yang tidak sesuai. Apa yang aktivis kampus tanpa garis politik organ ekstra bisa lakukan? Mungkin saja berdoa agar aktivis kampus bisa bersatu kembali. Tapi sepertinya sulit, jika tidak ada yang meredam terlebih dahulu di antara mereka.

Sampai kapan mahasiswa terpecah belah? Entah. Mungkin para birokrat sedang duduk santai menikmati kursi nyamannya sewaktu para aktivis kampus saling berkelahi tentang garis politiknya masing-masing. Tanpa aktivis kampus yang menyikapi kebijakan-kebijakan, para birokrat tambah seenaknya membuat kebijakan yang tidak pro mahasiswa. Apa yang terjadi jika itu terjadi? Mahasiswa kembali yang akan merugi.

Teman-teman aktivis kampus, sudah saatnya teman-teman kembali bersatu. Kembali pikirkan tentang pemahaman aktivis kampus dahulu bahwa menyikapi kebijakan kampus yang tidak sesuai dengan mahasiswa lebih penting daripada terus mengedepankan ego dan kepentingan dari organ ekstra.

“...Wahai kalian yang rindu kemenangan. Wahai kalian yang turun ke jalan. Demi mempersembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta.”

Oleh : La Ode Muhamad Fardan |LMF|

Analisis Perbandingan Gerakan Mahasiswa Indonesia – Jerman

Analisis Perbandingan Gerakan Mahasiswa Indonesia – Jerman [Part I]

Oleh : La Ode Muhamad Fardan

[Berhubung saya tidak akan mencetak-fisik hasil penelitian kali ini, kolom ini khusus saya buat untuk mendokumentasikan sekaligus menyebar-luaskan temuan di lapangan, agar, tidak hanya, mangkrak di perpustakaan. Sebuah bangunan megah yang kini ramai mulut penghuni, tapi pikiran tidak se-ramai mulutnya]

Sebuah Pengantar 

Suatu hari, dalam wawancara khususnya bersama Majalah Balairung, Benedict Anderson berkata bahwa nasib suatu negara tergantung pada kaum muda. Selama masih ada anak muda, generasi baru yang tidak terlalu teracuni oleh rezim keropos (Orde Baru—red), jangan khawatir.

Antropolog berkebangsaan Irlandia ini memisalkan kaum muda sebagai sekumpulan orang yang “menentukan arah” dimana kapal bernama “nasionalisme” sedang terguncang dan hendak tenggelam. Di sisi lain, jika kaum muda hanya ribut dengan kaumnya sendiri, kapal tersebut bisa hancur. Menurut Ben, Nasionalisme itu obat yang paling baik, sebuah obat yang hanya bisa ditawarkan oleh kaum muda.

Pandangan Benedict Anderson tidak hanya menunjukkan adanya hubungan penting antara nasionalisme dan kaum muda, akan tetapi sosok “yang muda” telah menjadi suatu kaum yaitu sebuah identitas (kelas) yang khas. Jika merujuk pada pernyataan Ben, ke-khas-an tersebut ada pada bagaimana “yang muda” menggerakkan kapal nasionalisme di masa krisis, di saat penumpang-penumpang lain tidak mengerti cara mengemudikan kapal. Dengan kata lain, kaum muda adalah mereka yang siap memegang kendali atas sesuatu (dalam hal ini negara) ketika sang nahkoda dianggap tidak menjalankan perannya dengan baik.

Apa yang dikatakan Ben tentu mengingatkan kita pada beberapa peristiwa yang telah terjadi di negara ini. Rentetan peristiwa “kenegaraan” yang selalu melibatkan narasi pergerakan kaum muda, utamanya mahasiswa. Pertama, bagaimana kaum muda—yang telah mengenal pendidikan itu—mempelopori nasionalisme di tiap daerah, dan berhasil mendeklarasikan terbentuknya sebuah negara baru bernama Indonesia. Kedua, kaum muda juga lah yang berhasil memukul mundur Presiden Soekarno dari kursi jabatan.

Terulang pada peristiwa berikutnya, Presiden Suharto mundur sebagai hasil tuntutan kaum muda pada masa reformasi 98.

Ketiga peristiwa tersebut—selaras dengan apa yang dikatakan oleh Benedict Anderson—mencerminkan adanya hubungan yang nyata antara kaum muda dan suatu perubahan masyarakat, juga tentang siapa kaum muda itu sendiri. Kaum muda yang saya maksud di sini adalah mahasiswa; sebuah identitas yang melekat pada perannya sebagai kaum muda terpelajar, atau yang tengah belajar di perguran tinggi negeri.Seperti yang kita ketahui, kemerdekaan Indonesia dipelopori segolongan anak muda yang sempat merasakan pendidikan di Belanda. Fakta ini secara apik ditulis oleh Harry J. Benda dalam artikel Kaum Inteligensia Timur sebagai Elite Politik.

Gerakan mahasiswa ini lah yang menyebabkan proses evolusi politik terjadi dan tuntutan kemerdekaan Indonesia dilayangkan.

Beralih pada masa pasca-kemerdekaan, pemerintah Indonesia mendirikan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mendidik kaum mudanya agar lebih “terpelajar”. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda ditutup seketika dan diubah dengan sistem pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara. Di UGM sendiri, gerakan mahasiswanya lebih dulu ada dibandingkan organisasi kemahasiswaan secara legal formal. Saat itu, mahasiswa terlibat dalam usaha pembangunan universitas, seperti penataan infrastruktur alat perkuliahan dari Jakarta ke Fakultas Kedokteran dan pembentukan Kedokteran Gigi di Fakultas Teknik Yogyakarta. Beberapa Balai Pendidikan di Klaten, Surabaya, Semarang juga dipindahkan ke Yogyakarta.

Baru lah pada tahun 1950, berbagai gerakan mahasiswa eksternal maupun internal kampus mengorgansir diri untuk membentuk satu bentuk “pemerintahan” politik alamahasiswa. Ialah Majelis Mahasiswa (MM) dan Dewan Mahasiswa (Dema), MM merupakan representasi badan legislatif dan Dema berperan sebagi badan eksekutif. Kedua badan tersebut berada di bawah payung Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (KM UGM) dan disahkan oleh  Putusan Sementara Senat Universitet No. 891/Sn/1/52. Dalam laporan tahunan UGM pada 1952, Keluarga Mahasiswa dirikan sebagai bentuk kesatuan seluruh masyarakat Universitet Negeri Gadjah  Mada, sedangkan Dema ditetapkan sebagai bentuk perwakilan Keluarga Mahasiwa tersebut yang dalam hal-hal tertentu mengenai kepentingan mahasiswa dapat diminta pendapatnya oleh instansi-instansi universitet, dan juga atas kehendak sendiri dapat mengajukan pendapatnya terhadap hal-hal lain. Seiring berjalannya waktu, Dewan Mahasiswa bertransformasi menjadi BEM KM-UGM terhitung sejak tahun 1991.

Berbeda dengan Indonesia yang baru memiliki institusi pendidikan perguruan tinggi pada abad 19, Jerman telah mendirikan perguruan tinggi sejak abad 14. Tujuan awal didirikannya perguruan tinggi adalah mempersiapkan tenaga penerus bagi keberlangsungan hidup Gereja Katolik Romawi. Hanya ada 4 fakultas yang dibangun saat itu, antara lain Farmasi, Hukum, Teologi, dan Filsafat. Apabila dilihat dari keilmuan yang diajarkan, mahasiswa diproyeksikan untuk menjadi generasi “pemikir” guna memperluas pengaruh kekaisaran ke berbagai wilayah di Eropa.

Salah satu perguruan tinggi di Jerman yang didirikan pada abad 14 adalah Universitas Freiburg, ialah universitas kedua tertua setelah Heidelberg.

Kendati lebih dulu mengawali pendirian perguruan tinggi, kesadaran mahasiswa universitas Freiburg untuk mengorganisir dan membentuk suatu kesatuan (struktur) baru lah tumbuh pada abad 19. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh ditetapkannya Baden-Württemberg sebagai sebuah negara bagian Jerman selatan, dan pecahnya Revolusi Perancis dimana mahasiswa merupakan penggerak utama. Keberhasilan Revolusi Perancis salah satu faktor terkuat dalam menumbuhkan kesadaran bahwa mahasiswa merupakan subjek vital bagi terciptanya suatu kondisi “perubahan”.Gerakan Mahasiswa pertama di Universitas Freiburg ialah Verfasste Studierendenschaft (VS) yang kelak berganti nama (dan formatnya) menjadi AStA pada tahun 1977, dan mengalami beberapa perombakan lagi setelahnya.

Verfasste Studierendenschaft atau Serikat Mahasiswa ditetapkan secara sah oleh Pemerintah Baden-Württemberg tahun 1953.Oleh karenanya, Serikat Mahasiswa ini berada di bawah naungan pemerintah Baden-Württemberg dengan model perwakilan mahasiswa dari setiap universitas. VS mempunyai hak penuh untuk terlibat aktif dalam berbagai macam agenda politik. Kondisi ini mengindikasikan bahwa gerakan mahasiswa saat itu sengaja dipersiapkan untuk mendukung terciptanya demokrasi yang ideal. Institusi pendidikan tidak berperan apa-apa dalam keberlangsungan gerakan mahasiswa, selain mempersiapkan nama-nama untuk mengisi Verfasste Studierendenschaft.

Tahun 1977 Pemerintah Baden-Württemberg mengganti Verfasste Studierendenschaft dengan AStA dan mengembalikan wewenangnya kepada pihak internal kampus. Pada fase ini, AStA sangat bergantung pada universitas khususnya dalam hal pendanaan. Di tahun ini juga kondisi represif menyebabkan AStA hanya boleh menyelenggarakan kegiatan yang berbau seni, akademis, dan dilarang terlibat dalam agenda-agenda politik. Guna melawan kondisi tersebut, lahir lah ü-AStA pada pertengahan akhir tahun 1980. Satu hal yang harus digarisbawahi bahwa para pegiat ü-AStA juga mengisi struktur AStA. Dengan kata lain, perbedaan antara ü-AStA dan AStA hanya ada pada status legal formal. Kondisi ini berlangsung hingga tahun 30an tahun, dan puncaknya Pemerintah Baden-Württemberg  mengakui keberadaan Verfasste Studierendenschaft pada tahun 2012. Sejak saat itu, ü-AStA di Universitas Freiburg membubarkan diri karena tuntutan telah berhasil direalisasikan oleh Pemerintah. Kini, AStA berhak untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan politik dan mendapat dana lebih banyak dari pihak rektorat.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik satu benang merah bahwa BEM KM-UGM dan AStA Uni-Freiburg pada awal kemunculannya, merupakan gerakan mahasiswa di tingkat universitas yang bersinggungan langsung dengan berbagai fenomena politik tingkat nasional. Seiring berjalnnya waktu, gerakan mahasiswa yang tersebar lantas mengorganisir menjadi satu kesatuan “pemerintahan” politik alamahasiswa. Keduanya hendak menjiplak sistem perpolitikan Trias Politica yang dicetuskan oleh Montesquieu, di mana sistem politik terdiri dari 3 elemen Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Namun, penelitian kali ini lebih spesifik membahas peran lembaga eksekutif kemahasiswaan.

Oleh : La Ode Muhamad Fardan