Jumat, 20 Mei 2016

Ditengah-tengah Kebimbangan Hidup

Disusun Oleh : La Ode Muh Fardan.

Alumni Mahasiswa Ilmu Komunikasi_Konsentrasi Jurnalistik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik_UHO_Angkatan 011"Pada Strata Satu" (S-1)

Sedikit Syair Hidup Ku akan Ku tuliskan diCatatan ini...

Masa demi masa berlalu sudah' kemana kaki akan melangkah

Liku-liku kehidupan mengukir sejarah kini saatnya berpotret diri

Berbenah dari segala keburukan meningkatkan semua kebaikan

Ramadhan sebentar akan tiba

Kini saatnya tuk membuka pintu hati memaafkan semua kehilafan

Mari kita sambut dengan gembira dengan memperbanyak ibadah tuk menggapai tingkatan taqwa

Derajat tertinggi disisi sang khalik

Semoga Allah selalu membimbing kita dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya

Amiin ...

Lanjut pada CatatanKu Ode"LMF"

Beberapa hari belakangan ini saya mulai merasakan kekosongan dalam hidupku. Bukan karena ketidakmampuanku mewujudkan tujuan hidupku, melainkan aku merasa tujuan hidup yang telah kutetapkan itu tidak akan membawaku pada kebahagiaan. Bukan kali ini saja kurasakan kehilangan makna hidup ini, tetapi pernah terjadi juga beberapa tahun yang lalu ketika aku masih kuliah. Waktu itu aku berpikir tentang tujuan hidupku dan merasakan adanya kekosongan dalam makna hidupku, tetapi itu tidak berlangsung lama karena aku mengalihkan pikiranku pada hal-hal lain, yaitu belajar demi lulus kuliah pada waktunya.

Kali ini kegalauan itu muncul kembali. Sepulang kerja ketika saya merasakan kebosanan melakukan rutinitas yang biasa kulakukan, saya mulai bertanya pada diriku sendiri apa yang kucari dalam hidup ini, apa aku akan terus begini setiap hari? Pertanyaan-pertanyaan ini terus menghantuiku bahkan ketika aku bekerja dalam keramaian dilapanganpun untuk berita saya setiap hari, ketika aku merasa kesepian di antara teman-teman  sekerjaku"Wartawan". Kini pekerjaan di kantor pun "Mencari berita dan Menuliskannya" terasa hampa dan itulah pekerjaan Ku saat ini menjadi seorang Jurnalis (Wartawan) pada media Lokal Kota Kendari. Selama ini yang kuanggap sebagai tujuan hidup adalah harta dan cinta, tetapi untuk tahta aku tidak banyak menginginkannya.

Namun aku mulai berpikir, akankah aku bahagia jika memiliki keduanya atau malah ketiganya? Dalam renunganku, harta hanya berlaku untuk di dunia ini. Walaupun ia dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari, ia tidak dapat membeli kebahagiaan. Mungkin aku akan berbahagia jika memiliki Buku terbaru, tetapi ketika produk yang lebih canggih lagi keluar, keinginan untuk memiliki yang lebih baru lagi pasti muncul dan tidak akan pernah terpuaskan. Demikian juga dengan harta kekayaan lainnya seperti mobil, rumah, dan seterusnya tidak akan biasa memuaskan keinginanku yang tidak habis-habisnya. Dan saya mungkin akan mati sebelum semua keinginan tersebut terpenuhi. Bukan berarti saya orang miskin yang tidak bisa mengumpulkan harta. Sebagai seorang yang rajin dan hemat, saya merasa aku telah banyak menimbun harta. Mungkin tidak sebanyak yang dipunyai orang terkaya di daerahku karena aku hanya Wartawan biasa dengan gaji standar, tetapi cukup untuk memenuh kebutuhan hidupku dan beberapa keinginan lainnya. Harta bukan tujuan hidupku, demikian saya menyimpulkan. Bagaimana dengan cinta? Bukankah bagi beberapa orang, cinta bisa menjadikan dunia seperti surga walaupun tidak punya harta? Saya mendapatkan cukup banyak cinta dari orang-orang terdekatku, keluarga dan sahabat, bahkan saya  pernah merasakan manis dan pahitnya jatuh cinta. Namun cinta itu tidak kekal, selalu ada embel-embel di belakangnya yang membuatnya tidak menyenangkan. Dari keinginan memiliki, sepasang kekasih menyatu; ketika keinginan itu tidak terpenuhi, mereka berpisah. Bahkan jika mereka bisa bertahan sampai tua, tetap sama kematian akan memisahkan mereka. Kesedihan dan ratap tangis pun kembali, seperti ketika mereka terpisah sementara waktu saat mereka menjalin kebersamaan dulu. Bukan cinta seperti ini arah hidupku. Kusadari ada cinta yang sejati, cinta yang hanya mengharapkan kebahagiaan orang lain semata, tanpa pamrih apa pun di belakangnya.

Namun, sangat sulit menumbuhkan cinta yang seperti itu; bahkan ketika saya berhasil menumbuhkannya, saya merasa gagal membahagiakan mereka yang kucintai tanpa pamrih. Akhirnya ini hanya menjadi cinta yang semu, tanpa tindakan apa pun, dan akhirnya mati dengan sendirinya. Ada satu hal lagi yang bisa menjadi tujuan hidupku, yaitu ilmu pengetahuan. Aku seorang yang menyukai hal-hal yang menambah wawasanku. Saya sering membaca buku-buku dan artikel di internet yang berbau demikian, tetapi kadang kala saya merasa ilmu tersebut hanya menambah beban pikiran dan tidak bermanfaat bagi kehidupanku. Apalagi telah banyak ilmu yang telah kupelajari sejak SD sampai kuliah, tetapi tidak semuanya bisa diterapkan dalam kehidupanku. Semakin banyak aku tahu semakin tahu aku bahwa aku tidak tahu apa-apa, tetapi keingintahuan itu hanyalah bentuk lain dari keinginan yang tidak pernah terpuaskan. Dalam kehampaan ini saya tidak berani mengutarakannya kepada siapa pun. Pemikiranku mungkin akan terlalu dalam bagi mereka. Akan sangat melelahkan jika saya harus menjelaskan sesuatu yang di luar pemikiran orang-orang pada umumnya.

"Maka kuputuskan untuk menyimpannya sendiri dan menemukan jalan hidupku sendiri".

Semakin dalam saya merenung semakin jelas bahwa tujuan hidup yang kukejar bukan kebahagiaan karena semakin banyak saya mengejar kebahagiaan itu semakin banyak ketidakpuasaan yang kudapatkan. Ketenangan batinlah yang kudambakan dan kupikir, ini hanya bisa dicapai dengan berhenti mengejar tujuan hidup tersebut. Saya telah terlalu banyak berlari. Sudah saatnya aku beristirahat dan berjalan kembali setelah kepenataan saya berlalu. Bagi kebanyakan orang, hidup harus memiliki tujuan atau arah yang dikejar. Namun bagiku hidup tanpa tujuan lebih meringankan beban pikiranku, membuatku bebas seperti seorang musafir.

Sang musafir akan tetap berjalan pada jalannya, tetapi ia tidak berkeharusan untuk sampai pada tujuan tertentu. Ia bebas sebebas burung di angkasa, melangkahkan kaki tanpa beban di dunia yang luas ini, menemukan banyak tempat dan orang-orang baru.

Ribuan tahun yang lalu aristoteles menulis dalam arti kehidupan : "Seorang pengelana yang baik tidak memiliki rencana yang tetap dan tidak bermaksud untuk tiba pada tujuannya."

Dan syair lagu berikut ini pun selalu teringat di kepalaku:

Tiada tujuan yang kau harap Mata angin tak kau hiraukan Ke barat kau melangkah Ke timur juga kau tuju Ke utara kau pergi Ke selatan pun engkau berlari Musafir, hidupmu bebas tiada ikatan. Musafir, berkelana sepanjang waktu. Musafir, apakah yang engkau cari? Musafir, apakah arti hidupmu? Tiada siang maupun malam Kau pergi sekehendak hatimu Namun ini bukan berarti aku tidak melakukan apa pun untuk kemajuan hidupku, melainkan aku harus menemukan panggilan hidupku.

Jika aku menemukan panggilan hidupku dan melakukan semua rutinitas sehari-hari sesuai dengan panggilan hidup tersebut, itulah makna kehidupan sesungguhnya bagiku. Saya teringat, dulu waktu kecil aku hobi menulis dan menuangkan semua pengalaman hidupku dalam kata-kata. Ini mungkin panggilan hidupku. Maka saya memutuskan untuk lebih rajin menulis di blog ini. Kuluangkan waktu di malam hari untuk menulis apa pun yang ingin kutuliskan. Namun saya tetap merasa ada panggilan hidup yang lebih besar dan mulia daripada sekedar menulis, tetapi untuk sementara saya akan terus menulis sampai kutemukan panggilan hidup yang lebih tinggi tersebut. Demikianlah saya memaknai hidupku saat ini.

By : CatatanKu Ode"LMF"

1 komentar:

  1. Sekedar Catatan dariku...Mudah-mudahan bermanfaat bagi teman-teman terkhususnya bagi pengunjung blog saya...

    BalasHapus