Selasa, 17 Mei 2016

Pemuda Dalam Lingkaran Penjajah Untuk Menjajah

“Belajarlah dari Barat, tapi jangan jadi peniru Barat, melainkan jadilah murid dari Timur yang cerdas. Karena Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.
Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu. 
Ingatlah Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” (Tan Malaka)
_______________
Pemuda-Pemuda yang Lugu, Jujur dan Tulus akan mengalami perkembangan pesat saat mereka berada pada dunia baru, yaitu dunia kerja. Mereka akan melakukan apapun untuk mempertahankan dirinya agar tetap bekerja di tempat yang memberinya harapan.
Tempat kerja membentuk karakter tersendiri pada diri pemuda, apalagi para pemuda yang berada di instansi pemerintah.
Pemuda-pemuda yang berada di instansi pemerintah pada awalnya niat mereka suci untuk mengabaikan diri mereka pada pemerintah namun niat itu tidak mudah untuk di implementasikan, karena mereka berada pada sistem yang mengaharuskan mereka menjadi apa yang di inginkan sistem dan yang di inginkan orang-orang yang mengendalikan sistem itu sendiri.
Mereka di hadapkan pada realita kehidupan yang hendonis, apatis dan di penuhi KKN, sehingga karakter dan niat suci terkikis secara perlahan hingga akhirnya meraka membentuk pribadi yang sesuai ke inginan sistem dan pengendali sistem.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat memudahkan setiap pimpinan intansi untuk mengontrol kinerja bawahannya, dengan mengirimkan gambar melalui handphone kinerja di anggap maksimal.

Dari pimpinan eksekutif (Walikota dan Wakil Walikota) dengan mudah mengontrol, menghimbau dan memberi intruksi kepada kepala dinas Satuan Kerja Pegawai Daerah untuk melaksanakan apa yang menjadi ke inginan baik melaksanakan program kerja maupun pribadi.

Dari kepala atau pimpinan SKPD setiap instansi mereka meneruskan intruksi atau perintah dari pimpinan eksekutif kepada para kepala bagian, dari kepala bagian meneruskan kepada kepala seksi dan dari kepala seksi kepada staff dan yang paling bawah yaitu mereka pemuda-pemuda yang diharuskan melakukan sesuatu yang mereka sendiri tidak memahami tujuannya, untuk kepentingan masyarakat atau hanya mengisi kantong-kantong pejabat.

Para pemuda-pemuda dengan maksimal melakukan pekerjaannya hingga mereka tidak mengenal waktu bahkan harus mengorbankan hari libur dan kebersamaan keluarga mereka, namun karena keserakahan dan ketamakan para pimpinan SKPD jarang ada yang memikirkan kepentingan dan kebutuhan para pemuda yang membela mati-matian demi kepentingan jabatan dan kebutuhan pujian dari pejabat eksekutif, sehingga walaupun waktu, tenaga dan biaya mereka terkuras habis, pekerjaan mereka tidak mendapatkan respon yang positif malahan mereka mendapat pandangan dan penilaian yang negatif.

Dan pimpinan SKPD selalu mengutamakan kepentingan pribadi agar mendapatkan jabatan dan bonus tunjangan dari para eksekutif.
Sikap dan sifat menghamba yang berlebihan dan menuhankan pimpinan eksekutif demi jabatan dari jaman kolonial tetap terpelihara dengan baik.
Inilah realita dari sistem pemerintahan yang di ciptakan penjajahan untuk menjajah, sehingga tongkat estapet penjajahan terus menerus tanpa henti.
Sifat menjilat, berkhiatan, saling menjatuhkan, saling memupuk citra tanpa kinerja dan menghalalkan segala cara (KKN) untuk kepentingan pribadi dan keluarga serta golongannya akan mengkristal  menjauhkan cita-cita bangsa dan negara untuk menjadi negara yang mandiri di bidang ekonomi, berdaulat di bidang Politik dan berkepribadian kebudayaan.

Maka wajar jika negara saat ini sebagian besar di kuasai asing, karena para pengambil kebijakan, penegakan hukum serta pelaksanaan program kerja pemerintah di lakukan oleh pemuda-pemuda pemegang tongkat estapet kolonial untuk menjajakan sistem kolonial dan tunduk terhadap intruksi Asing dan Aseng.
Sudah saatnya kita yang menyadari sebuah kesalahan dari sistem kolonial yang terus-menerus berkembang untuk melakukan tindakan dan menghimpun kekuatan.
Hanya dengan perlawanan dan pergerakan dari pemuda-pemuda yang sadar adanya kesalahan dalam birokrasi dan sistem pemerintah, maka kolonialisme dan Imperialisme bisa di Hentikan.
Mendiamkan kesalahan adalah kejahatan. Saat inilah kita mulai bersungguh-sungguh dalam belajar, mendalami tauhid, menjalankan strategi dengan kecerdasan dan merapatkan barisan menuju perubahan yang menjadi harapan bangsa dan negara.

“Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan berani. 
Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. 
Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?
Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita. (Pramoedya Ananta Toer)
Olah : La Ode Muh Fardan 
_____The End. 

1 komentar: