Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (Konsentrasi Jurnalistik) Angk : 011
Universitas Halu Oleo(UHO-Kendari)
Sulawesi Tenggara - Sultra
Hingga Terbitnya Tulisan Ini dibantu dengan beberapa sumber.
Istigfar yang bisa kita ucapkan ketika melihat berbagai ’penyimpangan sosial’ yang terjadi di realita masyarakat sekarang. Yang dapat kita jumpai baik di media elektronik, cetak bahkan secara langsung di depan mata. Mulai dari tindak kriminalitas orang dewasa laki-laki maupun perempuan. Yang lebih nyaris lagi tidak sedikit dari “generasi bangsa” yang melakukannya bila dibanding dengan penyimpangan sosial orang dewasa. Seperti halnya kasus kriminal anak-anak yang kita ketahui bersama, mulai dari pencurian, konsumsi narkoba, perkelahian antar sekolah, pergaulan bebas, pembunuhan hingga tindakan asusila yang mengakibatkan korban aborsi bertambah dan tentunya masih banyak lagi kasus yang lebih mengerikan.
Realita kriminalitas tersebut, sangatlah mengkhawatirkan nasib generasi bangsa kedepannya. Apakah pada generasi nantinya akan muncul generasi rabbani yang membuat perubahan lebih baik menuju peradaban Islam, sehingga terciptalah kalimah “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. Suatu negara lebih baik dan dibawah naungan ridho, ampunan serta perlindungan-Nya, sehingga kehidupan masyarakat menjadi aman,tentram, damai, atau”gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja” (sejahtera) istilahnya orang jawa.
Tapi apakah sebaliknya berubah menjadi generasi perusak masa depan, yang mayoritas mengikuti langkah-langkah syaitan sehingga mengundang datangnya adzab dari Alloh Ta’ala. Sebagaimana kalamulloh dalam Qs.Ar Rum ayat 41 yang artinya: “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Alloh menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).”
Ayat ini, menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi karena ulah manusia sendiri. Mereka melakukan pelanggaran, peperangan di luar koridor syariat Allah. Dalam peperangan itu manusia membunuh lainnya yang Allah Swt lindungi hak hidupnya. Bahkan merusak segala tatanan alam , sedikitnya syariat Allah Swt yang dijalankan kaum tersebut.
Bimbinglah
Saudaraku, banyak penyimpangan dari masa ke masa yang dilakukan ‘generasi bangsa’tanpa ada henti-hentinya. Berbagai solusi sudah dilakukan untuk meminimalisir penyimpangan tersebut, namun tidak pernah bisa menghentikannya. Maka disinilah tugas besar dan letak sebenarnya urgensi orang tua dan guru yang harus prihatin karena memikirkan bagaimana masa depan putra-putri kita menjadi generasi Rabbani, yang dapat membawa rahmatan lil’alamin. Sebagaimana pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri, sehingga kita sebenarnya sebagai orang tua dapat mudah menerapkan fungsi manajemen yang di singkat dengan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) kepada anak kita sepenuhnya. Sehingga dengan menerapkan methode ini, kita dapat mengatur masa depan anak yang lebih baik. Dengan mengawali fungsi manajemen yang pertama planning (perencanaan), dimana orang tua sudah harus mempunyai rencana yang matang, terkait gambaran kearah manakah masa depan putra-putrinya, yang akan dicapai nanti. Mulai darimenetapkan segala peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan, bagaimana cara melakukannya, kapan dan di mana dilakukan, serta apa saja yang dibutuhkan agar tercapai tujuan dengan maksimal.
Lebih ringkasnya perencanaan ini, niatnya sendiri kemudian menyiapkan semua kebutuhan anaknya yang akan dicapai. Contoh kecilnya, ada orang tuamenyekolahkan anaknya di SD Integral Lukman AL-Hakim Surabaya, karena sebelumnya ia merencanakan masa depan anaknya nanti menjadi seorang guru. Maka dari sejak kecil ia harus di didik, dengan memasukkan anaknya di lembaga pendidikan formal dan nonformal, agar menjadi anak yang cerdas dan terampil.
Yang kedua dengan organizing (pengorganisasian), ini lanjutan dari fungsi perencanaan, dimana terjalin hubungan kerja sama antara orang tua dan anaknya dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan motivasi berupa pendekatan kasih sayang secara istiqomah, terhadap perkembangan belajar anak. Anak diberikan haknya, kemudian orang tua juga memberikan kewajiban terhadap anaknya. Sehingga terciptalah kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan yanglebih efektif dan efisien karena dikerjakan bersama-sama.
Contoh , setelah anak masuk dalam lembaga pendidikan formal dan nonformal, orang tua tidak boleh melepaskan dan menghandalkan sepenuhnya pada lembaga tersebut saja, namun partisipasi orang tua juga di utamakan untuk mengetahui perkembangan belajarnya.
Yang ketiga dengan actuating (penggerakan), berfungsi untuk merealisasikan hasil dari perencanaan dan pengorganisasian yang sudah dilakukan. Dimana orang tua harus lebih fokus untuk lebih dekat lagi dengan anak guna mengarahkan, memotivasi, membimbing kemudian menggerakkan anak untuk aktif agar bersungguh-sungguh menjalankan apa yang menjadi kewajibannya (Belajar) sehingga tujuan dari perencanaan awalnya dapat tercapai dengan efektif. Fungsi penggerakan ini, harus dilaksanakan semaksimalnya oleh orang tua hingga anaknya dapat memulai aktifitas belajar sampai tuntas. Karena pada fungsi penggerakan ini, sangat penting untuk menentukan hasil belajarnya baik dari lembaga formal dan nonformal. Jadi tidak salah, apabila orang tua menekankan pada anaknya untuk melaksanakan kewajibannya (Belajar) terlebih dahulu, daripada melakukan hal yang tidak terlalu penting untuk masa depannya.
Yang keempat dengancontrolling (pengawasan), merupakan bentuk kegiatan mengamati ,mengukur segala aktifitas yang dilakukan anak dan melihat pencapaian hasil dengan membandingkan standar yang di rencanakan sebelumnya.
Berdasarkan dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sukses tidaknya kegiatan rumah tangga didasarkan pada sistem manajemen yang baik, teratur dan terarah. POAC (planning, organizing, actuating dan controlling) dapat membantu kita dalam membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Selain itu juga perlu adanya komitmen yang tinggi seluruh anggota keluarga untuk mewujudkan visi misi keluarga kita. Perlu diingat, dalam perahu rumah tangga hanya ada satu nakhoda yaitu suami. Istri hanyalah sebagai partner dan asisten untuk membantu terlaksananya tujuan rumah tangga. Kerjasama kedua belah pihak inilah yang nantinya akan menentukan arah rumah tangga yang akan dituju.
By L.M.F : Jurusan Ilmu Komunikasi (Konsentrasi Jurnalistik) Angk : 011
Universitas Halu Oleo(UHO-Kendari)
Sulawesi Tenggara - Sultra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar