Jumat, 20 Mei 2016

Guru Kami adalah Seorang Pahlawan

Oleh : La Ode Muh Fardan

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (Konsentrasi Jurnalistik) Angk : 011
Universitas Halu Oleo(UHO-Kendari)
Sulawesi Tenggara - Sultra

Hingga Terbitnya Tulisan Ini dibantu dengan beberapa sumber.

Guru, seorang yang selalu jadi teladan, yang dianggap sebagai orang tua kedua bagi peserta didik. Bahkan dalam bahasa Jawa memiliki artidigugu lan ditiru. Itulah guru, banyak sekali sebutan untuknya. Bahkan  dalam pengembangan kepribadian anak, ia merupakan  seseorang yang berperan penting  menentukan masa depan anak bangsa ini. Namun terkadang tidak dihargai jerih payah, kesabaran dan pengorbananya sehingga dapat dikatakan sebagai pahlawan tanpa jasa.

Jika mengingat seorang guru berperan penting pada masa depan generasi muda, sudah selayaknya sebelum memutuskan menjadi seorang guru harus diawali dengan niat yang tulus.  Karena dalam praktek belajar mengajar semua tidak bisa berjalan sesuai yang diinginkan.

Setiap muslim memiliki kewajiban berdakwah. Salah satunya dengan media sekolah baik formal maupun informal. Caranya,  mengarahkan anak didik dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Selain itu kewajiban yang terpenting adalah mendidik generasi kita agar berakhlak mulia. Mengapa demikian?

Menurut Imam al-Ghazali, akhlak mulia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh para utusan Alloh Ta’alayaitu para Nabi dan Rasul sertamerupakan amal para shadiqin. Akhlak yang baik merupakan sebagian dari agama dan hasil sikap sungguh-sungguh dari latihan yang dilakukan oleh para ahli ibadah dan para mutaqin.

Al-Ghazali berpendapat,pendidikan akhlak hendaknya didasarkan atas mujahadah (ketekunan) dan latihan jiwa. Menurutnya, kedua hal itu membebani jiwa dengan amal perbuatan yang ditujukan kepada ahklak yang baik, sebagaimana kata beliau: “Barang siapa yang ingin dirinya mempunyai akhlak pemurah, maka ia harus melatih diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan pemurah, yakni dermawan, dan gemar bersedekah. Jika amal dan sedekah dilakukan secara istiqomah, maka akan jadi kebiasaan”.

Hal ini sejalan dengan firman Allah Ta’ala: “... dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik,,,.”

Konsepsi pendidikan modern saat ini sejalan dengan pandangan al-Ghazali tentang pentingnya pembiasaan melakukan suatu perbuatan sebagai suatu metode pembentukan akhlak yang utama. Pandangan al-Ghazali tersebut sesuai dengan pandangan ahli pendidikan Amerika Serikat, John Dewey, yang dikutip oleh Ali Al Jumbulati yangmenyatakan pendidikan moral terbentuk dari proses pendidikan dalam kehidupan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid secara terus-menerus.

Subhanallah, begitu besar tanggung jawab seorang guru namun begitu mulia menjadi guru. Maka dari itu jadilah seorang guru yang memiliki sifat dan sikap seperti yang di katakana Imam Ghozali diantaranya yaitu :

1.      Menerima segala problem peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah

2.  Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQ-nya rendah, serta membinanya sampai pada taraf maksimal,

3.      Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem peserta didik,

4.    Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah lembut terhadap peserta didik yang kurang lancar berbicara,

5.      Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta didik, terutama pada peserta didik yang belum mengerti atau mengetahui

Insyaallah sikap dan sifat diatas dapat menghantarkan peserta didik agar memiliki akhlakul karimah, bersemangatlah untuk berjihad fi sabilillah insyaallah membawa keselamatan bagi kita semua fiddunya wal akhiroh.  Aamiin

By L.M.F : Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (Konsentrasi Jurnalistik) Angk : 011
Universitas Halu Oleo(UHO-Kendari)
Sulawesi Tenggara - Sultra

Hingga Terbitnya Tulisan diatas dibantu dengan beberapa sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar